Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Uang Dapat Membeli Kebahagiaan, Betulkah?

7 September 2024   09:15 Diperbarui: 7 September 2024   09:18 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang betul apa yang dia ungkapkan, Ketika aku berkunjung ke rumahnya, alangkah kagetnya melihat begitu banyak barang-barang atau goody bag dengan merk-merk ternama berserakan hampri disetiap sudut ruangan kamar, ruang tv hingga dimana-mana. 

Bahkan goody-goody bag tersebut masih bersegel alias belum dibuka sama sekali. Bisa dibayangkan, berapa ratus juga dia habiskan untuk membeli kebahagiaan palsu itu? Sebut saja merk Gucci, LV, Hermes, Prada, D&G, Frank & Co, diamond, Mutiara dan buanyakkk banget barang-barang berharga numpuk dirumahnya. 

Jatuhnya malah dia menjadi Hoarder alias orang yang suka menimbun atau menyimpan barang yang tidak penting. Karena sesungguhnya dia tahu kalau barang-barang yang dibelinya itu bukan yang dia butuhkan melainkan hanya lapar mata saja. Memuaskan Hasrat belanjanya. Melampiaskan rasa kesepiannya. Sebagai orang yang memiliki banyak duit, dia mengira dengan belanja dia bisa memenuhi kebahagiaan yang selama ini dicari. Ternyata itu semua hanya bersifat temporary.

foto take from www.indianretailer.com
foto take from www.indianretailer.com

              Begitu juga dengan temanku yang lainnya. Memiliki popularitas di dunia selebritis. Memiliki wajah cantik yang banyak diidam-idamkan waanita dan dipuja-puja pria atas kecantikannya. Sering tampil di layar kaca, film hingga iklan. 

Tapi, dengan popularitas yang dia miliki, apakah dia juga bahagia? Ternyata tidak. Sama halnya dengan sahabat yang sebelumnya, dia paling suka shopping barang branded. Meski dia ogah mempublish ke sosmed barang-barang yang dia beli. Takut dibilang norak. Jaga image karena dia selebritis. Tetap, sebagai sahabat, aku dan teman lainnya tahu sudah berapa ratus hingga milyar uang yang dia gelontorkan untuk membeli kebahagiaan semu itu? Ternyata dia tidak juga menemukannya.

              "Gue capek pura-pura Bahagia di depan public. Di deapn media. Gue ga suka sebenarnya pretending happy." Katanya dengan wajah sedih. "Gue pengen lari dari kepopularitasan ini. Karena di dunia (entertain) sesungguhnya gue tidak pernah menemukan kebahagiaan."lanjutnya.

So, dimanakah letak kebahagiaan itu?

Kalau menurut versi aku, kebahagiaan itu hanya kita lah yang bisa menciptakannya. Meng-create-nya. Kebahagiaan tidak bisa diukur dari segi materi dan popularitas. Kebahagiaan itu abstrak tapi bisa dirasakan. Hanya perasaan kita lah yang bisa merasakannya sehingga bisa mengalir keseluruh organ tubuh kita.

So, create your own happiness. Don't find it but create it!  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun