Memang betul apa yang dia ungkapkan, Ketika aku berkunjung ke rumahnya, alangkah kagetnya melihat begitu banyak barang-barang atau goody bag dengan merk-merk ternama berserakan hampri disetiap sudut ruangan kamar, ruang tv hingga dimana-mana.Â
Bahkan goody-goody bag tersebut masih bersegel alias belum dibuka sama sekali. Bisa dibayangkan, berapa ratus juga dia habiskan untuk membeli kebahagiaan palsu itu? Sebut saja merk Gucci, LV, Hermes, Prada, D&G, Frank & Co, diamond, Mutiara dan buanyakkk banget barang-barang berharga numpuk dirumahnya.Â
Jatuhnya malah dia menjadi Hoarder alias orang yang suka menimbun atau menyimpan barang yang tidak penting. Karena sesungguhnya dia tahu kalau barang-barang yang dibelinya itu bukan yang dia butuhkan melainkan hanya lapar mata saja. Memuaskan Hasrat belanjanya. Melampiaskan rasa kesepiannya. Sebagai orang yang memiliki banyak duit, dia mengira dengan belanja dia bisa memenuhi kebahagiaan yang selama ini dicari. Ternyata itu semua hanya bersifat temporary.
       Begitu juga dengan temanku yang lainnya. Memiliki popularitas di dunia selebritis. Memiliki wajah cantik yang banyak diidam-idamkan waanita dan dipuja-puja pria atas kecantikannya. Sering tampil di layar kaca, film hingga iklan.Â
Tapi, dengan popularitas yang dia miliki, apakah dia juga bahagia? Ternyata tidak. Sama halnya dengan sahabat yang sebelumnya, dia paling suka shopping barang branded. Meski dia ogah mempublish ke sosmed barang-barang yang dia beli. Takut dibilang norak. Jaga image karena dia selebritis. Tetap, sebagai sahabat, aku dan teman lainnya tahu sudah berapa ratus hingga milyar uang yang dia gelontorkan untuk membeli kebahagiaan semu itu? Ternyata dia tidak juga menemukannya.
       "Gue capek pura-pura Bahagia di depan public. Di deapn media. Gue ga suka sebenarnya pretending happy." Katanya dengan wajah sedih. "Gue pengen lari dari kepopularitasan ini. Karena di dunia (entertain) sesungguhnya gue tidak pernah menemukan kebahagiaan."lanjutnya.
So, dimanakah letak kebahagiaan itu?
Kalau menurut versi aku, kebahagiaan itu hanya kita lah yang bisa menciptakannya. Meng-create-nya. Kebahagiaan tidak bisa diukur dari segi materi dan popularitas. Kebahagiaan itu abstrak tapi bisa dirasakan. Hanya perasaan kita lah yang bisa merasakannya sehingga bisa mengalir keseluruh organ tubuh kita.
So, create your own happiness. Don't find it but create it! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H