Ada juga teman pelari yang bela-belain makan seadannya demi ngumpulin duit beli sepatu dengan harga 4 jutaan plus jersey seharga 1,5 juta per pieces. Untuk berlari bisa menggelontorkan dana belasan juta demi sebuah penampilan. Sepatu 4 jutaan, jersey 1,5 juta, celana lari 1 juta, kaos kaki 800 ribu, kacamata 600 ribu, jam tangan 7 juta, Â dan masih banyak printilan lainnya. Padahal, kalau dilihat di lemari pakaiannya, masih menumpuk perlengkapan lari yang masih sangat layak disebut gress alias baru. Semua itu dilakukannya karena tidak mau kalah dengan pelari-pelari lain yang ada di komunitas memakai jersey dan sepatu terbaru. HAsrat untuk flexing begitu menggelora demia sebua pujian dan sanjungan meski isi tabungan terkuras setiap bulannya.
Sebenarnya masih banyak drama-drama yang terjadi di dunia flexing para pelari. Apalagi flexing mereka di dukung dengan banyaknya fotografer-fotografer yang bermunculan disetiap sudut rute berlari yang dilintasi saat Car free day berlangsung. Kehadiran fotografer itu sangat diharapkan para pelari agar mereka bisa difoto bagus dengan gaya yang bagus saat memakai barang-barang baru nan branded tersebut. Tentunya hasil foto sang fotografer langsung di posting secepat mungkin di sosmed sambil menyebutkan item-item yang dipakai beserta harganya. Hmmm...
Sejujurnya, begitu banyak pelari yang bukan atlet lari melainkan sekedar hobi lari  tapi outfit yang dipakai melebih atlet yang sudah menorehkan prestasi. Saya sangat setuju apa yang dikatakan Melanie Putria, mantan Putri Indonesia yang juga penggiat lari yang sudah menuntaskan Six World Marathon Major (WMM).
"Trend itu selalu ada dan tidak akan pernah ada habisnya. Mau sampai kapan mengikuti trend? Jangan sampai jadi korban trend."
Benar juga sih. Mau sampai kapan menjadi budak trend? Setiap apa yang lagi trend di dunia lari kamu langsung ingin memiliki meski sebenarnya tidak butuh-butuh amat. Hanya gara-gara takut dibilang ketinggalan trend, akhirnya mengorbankan diri.
Yuk, menjadi pelari yang smart. Harus bisa melihat mana kebutuhan dan mana keinginan. Kalau kebutuhan pasti kita membutuhkannya sehingga harus memilikinya. Tapi, keinginan biasanya hanya karena lapar mata untuk memilikinya. Padahal hanya ingin terlihat kalcer meski sejujurnya tidak butuh-butuh amat.
Berlari itu hobi yang menyenangkan. Jangan sampai menjadi hobi yang menyengsarakan. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H