Bapak yang sejak tadi konsentrasi di kebun balik bertanya padaku.
       "Ada apa itu rame-rame?"
       "Ada orang hanyut,pak."
       "Siapa?
       "Nggak tahu, Pak.."
       "Coba lihat kesana, siapa yang hanyut?"
Tanpa dikomando sampai dua kali, kakiku langsung berlari kencang bak pelari Marathon dunia. Seketika aku sudah berada di kerumunan orang banya persis di pinggir sungai. Aku mencari-cari sumber yang bisa terpercaya. Dari kejauhan aku melihat 3 orang temanku sedang menangis. Baju mereka masih tampak basah. Pasti mereka juga ikut berenang. Aku juga melihat orangtua A& B menangis histeris. Aku langsung menghampiri mereka.
       "Ver, A& B hanyut.." teriak temanku yang lain saat aku berada dismaping mereka.
Seketika aku histeris menangis sambil menyebut nama mereka. Kami berpelukan sambil menangis. Menangis sejadi-jadinya. Aku masih merasa kalau ini hanya mimpi. Sementara orangtua A& B serta saudara-saudaranya sudah berkumpul di pinggir kali sambil berteria memanggil-manggil nama mereka. Suasana hari itu benar-benar memilukan. Beberapa orang tampak menyisir sungai tempat dimana mereka hanyut terbawa arus. Tapi, masih tidak ditemukan juga.
Pencarian terus dilakukan hingga larut malam. Lokasi pencarian pun semakin meluas dan lebih jauh lagi. Di rumah, aku terus berharap ada kabar baik bukan kabar duka. Sampai akhirnya, tiga hari kemudian, ketika Lebaran tiba, disaat orang-orang merayakan hari kemenangan, tiba-tiba jenasah kedua temanku ditemukan di aliran sungai yang lokasinya cukup jauh dari tempat kejadian. Tubuh mereka membesar dan hampir membusuk. Aku tak sanggup melihat jenasah kedua sahabatku yang sudah terbujur kaku. Pandanganku gelap dan aku pingsan.
Hingga kini, meski sudah puluhan tahun berlalu, kejadian dan kenangan pilu itu masih melekat dibenakku. Rasa sedih masih muncul ketika kembali mengenang mereka.