Oiya, disaat memasuki usia 15 tahun, rumah orangtuaku sudah tidak di asrama lagi. Kami sudah memiliki rumah pribadi yang dibangun tidak jauh dari komplek tempat kami tinggal dulu. Sementara rumah si A dan B sedikit lebih jauh dari rumahku. Tapi, rumah mereka masih satu arah dengan rumah kami dan lokasi tidak jauh dari kebun karet milik orangtuaku. Â Karena jarak rumah yang sudah tidak betetangga lagi, kami hanya meluangkan obrolan saat di sekolah saja atau saat liburan sekolah. Aku yang berkunjung ke rumah mereka atau sebaiknya mereka bermain ke rumahku. Biasanya, kami pulang sekolah sering bareng-bareng. Aku naik motor, si A dan B juga naik motor bersama.
       Sampai suatu hari, tiga hari menjelang Lebaran, Aku, A dan B serta teman-teman yang lain janjian mau berenang di sungai dekat rumah si A & B. aku pun menyanggupi ajakan mereka untuk berenang di sungai. Meski sesjujurnya aku tidak bisa berenang tapi demi solidaritas persahabatan, aku lebih sering menemani mereka berenang dan aku hanya menunggu di pinggir sungai. A & B memang jago berenang. Begitu juga teman-teman yang lain.
Pada hari yang ditentukan, tiba-tiba bapak mengajak aku pergi ke kebun. Biasanya aku paling malas kalau diajak ke kebun. Rasanya bosan dan menjenuhkan berada di kebun yang di kelilingi pohon karet nan tinggi-tinggi. Aku tidak bisa mengelak kalau bapak sudah mengajak. Kalau menolak itu sama dengan membangunkan macan tidur. Bokap akan murka. Mending ngikut saja deh.
Sepanjang perjalanan ke kebun, aku merasa bersalah sudah mengingkari janji untuk berenang bareng A & B serta teman-teman yang lain. Bahkan, ketika mobil yang dikemudi bokap melintasi rumah orangtua A & B, rasanya aku pengen berhenti sejenak untuk memberi kabar kalau aku tidak bisa ikut berenang karena bokap. Tapi, itu tidak terwujudkan karena Bokap tidak mungkin mau diajak kompromi untuk menghentikan mobilnya sejenak.
Selama di kebun, konsentrasiku melayang ke sungai dimana teman-temanku sedang asyik berenang-renang. Meski lokasinya tidak terlalu jauh dari kebun bokapku, tapi tetap saja aku tidak bisa kabur. Seandainya aku berada disana, mungkin suasana bisa lebih seru lagi.
Tiba-tiba, dari kejauhan terdengar suara riuh orang-orang berteriak. Samar-samar aku mendengar "HANYUTTTT..HANYUTTT.. ADA ORANG HANYUTTT!!"
Aku sontak berdiri dan semakin menajamkan pendengaran. Orang-orang semakin ramai berlari kearah sungai. Rasanya aku ingin ikut berlari dan mencari tahu siapa yang hanyut. Ketika ada orang melintas di depanku, rasa menasaranku ingin segera terjawabkan dengan bertanya pada orang tersebut.
       "Ada apa, pak?"
       "Orang hanyut... hanyut disungai."
       "Siapa yang hanyut,pak?"
       "Nggak tau, katanya ada dua orang yang hanyut." Jawab orang tersebut sambil buru-buru berlari. Entah kenapa detak jantungku semakin kencang. Naluriku kok berkata lain. Kenapa tiba-tiba tubuhku menggigil. Merinding dan rasanya pengen berlari.