Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Di Gunung Ternyata Banyak Sampah? Para Pendaki Lah Biang Keroknya

14 Maret 2024   10:00 Diperbarui: 14 Maret 2024   20:45 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gunung Rinjani?foto dokpri

Kesadaran untuk menjaga kebersihan dan bertanggung jawab atas sampahnya sendiri saja sangat minim. Jika dilihat dari penampilan saat mendaki sih boleh lah dikatakan keren. Mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala barang yang dipakai  semua serba mer merk. Tapi, giliran menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan eh, malah minus.

Sangat disayangkan, begitu banyak pendaki yang minus akhlak. Semakin banyak orang yang ngaku-ngaku sebagai pendaki gunung semakin rusak lah alam kita. Karena sesungguhnya mereka menjadi pendaki dadakan semata-mata bukan karena jiwanya pecinta alam sejati. Melainkan karena hanya FOMO alias Fear of Missing Out. Biar diakui keren oleh followers nya karena sudah memposting dirinya sedang berada di gunung. Tapi, dibalik semua foto atau reels kece tersimpan mental perusak alam kronis. Dengan seenaknya mencoret-coret petunjuk jalan, mencoret pohon atau batu-batu yang ada dijalur pendakian, meninggalkan sampah botol minuman, sampah plastik bekas bungkus makanan, punting rokok,.bahkan banyak juga ditemukan sampah bekas pembalut wanita, sampah celana dalam juga sampah-sampah lainnya.

sampah di Gunung Sumbing?foto dokpri
sampah di Gunung Sumbing?foto dokpri

Mungkin hampir di setiap basecamp tertulis peraturan agar tidak membuang sampah sembarangan. Juga dianjurkan agar membawa turun kembali sampah yang dibawa. Namun, peraturan tersebut hanyalah sebatas peraturan. Nyaris, hampir sepajang jalur pendakian di hampir semua gunung yang pernah saya daki banyak sampah berceceran.

Meski di beberapa gunung telah memberlakukan denda apabila ada pendaki ketahuan tidak membawa turun sampahnya kembali, namun itu pun masih sering kecolongan kalau sampah masih saja terlihat di sepanjang jalur.  Kalau begitu, harus dengan cara apa lagi agar pendaki-pendaki yang tidak peduli dengan kelestarian lingkungan itu di hukum?

Kalau menurut saya sih, hukum sosial akan jauh lebih bermanfaat. Wajah-wajah mereka yang suka membuang sampah sembarangan di gunung dipajang di semua sosial media yang berhubungan dengan gunung dan pendakian. Biar nettizen yang bergerak untuk membuat mental mereka anjlok. 

foto screenshot dokpri
foto screenshot dokpri

Memang tidak semua pendaki bermental bobrok ya. Banyak juga kok pendaki yang peduli sama alam. Mereka bertanggung jawab dengan sampahnya. Membawa turun sampah yang mereka punya. Terasuk saya dan teman-teman. Setiap kali mendaki gunung, kami wajib menyediakan satu plastic besar untuk tempat sampah agar sampah-sampah kami tidak berceceran. Kemudian, saat turun kami hompimpa untuk bertugas siapa yang membawa turun sampah tersebut.  Jadi, tidak ada istilah sampah kecil dan sampah besar. Semua sampah tetap sampah. Jangan pernah ditinggalkan di gunung.  

Untuk kamu yang mengaku pendaki, yok timbulkan kesadaran pada diri sendiri untuk menjaga lingkungan agar  bersih dimana pun kita berada. Bertanggung jawablah akan sampahmu sendiri. Dan ingat, sekecil apa pun sampah namanya tetap sampah. Jadi jangan pernah membuangnya sembarangan ya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun