Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tahun Politik, Tahun Bergejolak Dunia Pertemanan

19 Januari 2024   12:21 Diperbarui: 19 Januari 2024   12:21 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujurly, saya bingung, setiap kali memasuki tahun politik pasti ada saja "gejolak" yang terjadi. Tidak hanya dikalangan Paslon Capres dan wakilnya, di kalangan pendukung paslon masing-masing pun ikut bergejolak. Saling serang kata-kata di sosmed untuk menjatuhkan lawan.  Bahkan, yang lebih parahnya lagi, di lingkungan pertemanan pun ikut-ikutan bergejolak.

Jika di flashback ke tahun-tahun sebelumnya, setiap kali memasuki tahun politik, hubungan pertemanan saya pasti berantakan. Bahkan teman dekat sekali pun ikutan memanas hanya gara-gara beda pilihan. Teman antar teman atau saya dengan teman yang memiliki beda pilihan dan pendapat.

Ini untuk kesekian kalinya dunia pertemanan saya bergejolak bak perang antar kubu saat memasuki tahun politik. Padahal, saya tergolong orang yang masa bodo atau tidak pernah peduli dengan dunia per-politik-an. Tidak pernah ambil pusing soal siapa pilih siapa. Tidak ambil pusing soal perdebatan yang ditayangkan di tv. Nyaris tidak pernah mau tahu. Mungkin sangkin cueknya membuat teman-teman kesal dan marah.

Tapi, bukan berarti  saya tidak punya pilihan. Hanya saja, siapa pun pilihan saya itu adalah hak pribadi yang tidak boleh disebar luaskan. Apalagi sampai menghasut dan membujuk orang lain untuk mengikuti pilihannya.

Bagi saya, politik itu sama seperti agama. Ada unsur fanatik dengan keyakinan yang dipilih. Misalkan, saya pengakut Nasrani. Mau gimana pun orang mempengaruhi atau menjelek-jelekkan keyakinan saya, sedikit pun saya tidak akan bergeming dengan pengaruh-pengaruh luar itu. Karena saya yakin dengan apa yang saya yakini sehingga gempuran apa pun di luar sana tidak akan menggoyahkan keyakinan saya. Begitu juga dengan orang lain dengan keyakinannya yang berbeda-beda. Pasti mereka juga akan  berprinsip yang sama. Memegang teguh prinsip dan keyakinannya.

baliho/Foto dokpri
baliho/Foto dokpri

Sama halnya dengan politik. Contohnya pemilu ini deh. Terkadang, meski dalam satu keluarga tentu masing-masing memiliki pilihan akan jagoannya Begitu juga dengan pertemanan. Meski kita memiliki teman dekat sekali pun belum tentu memiliki pilihan yang sama. Ya, lagi-lagi kembali pada prinsip dan keyakinan akan pilihan.

Tapi, yang membuat saya bingung, kenapa setiap memasuki tahun politik gejolak pertikaian antar teman itu selalu bergelora. Contohnya di grup WA teman SMP, SMA, Kuliah atau juga grup WA teman yang sehobi. Yang tadinya adem-adem saja, sejak masuk tahun politik seakan grup WA menjadi wadah untuk saling sindir dan saling mengandalkan jagoan yang berujung  perdebatan dan pertikaian yang ber ending left group!  

Kalau terus-terusan hal ini terjadi, kapan majunya cara berfikir kita, ya?

Kenapa saya terlalu cuek dengan dunia per-politik-an? Karena, sejak pertama kali saya ikut nyoblos sampe sekarang yang sudah berusia setengah abad, hidup saya begini-begini saja. Meski presidennya sudah beberapa kali ganti, toh, saya tetap harus bekerja keras agar bisa hidup juga untuk menafkahi keluarga saya. Dan, meski setiap kampanye selalu bejibun janji-janji surga, toh realitanya tidak pernah ada perubahan. Korupsi merajarela, diskriminasi tetap ada. Kriminalitas tinggi, tingkat orang depresi makin tinggi juga, Nepotisme tetap ada, dinasti politik tetap jalan dan banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun