Musim penghujan sudah datang, bersiap-siaplah dihantui serangan banjir.Â
Pernah mengalami banjir yang teramat parah sampai menimbulkan rasa trauma yang mendalam. Kejadiannya sekitar tahun 2022 lalu. Waktu itu sedang musim hujan dan intensitas turun hujan hampir setiap hari dalam kurun waktu yang lama. Missal hujan di pagi hari bisa berlanjut sampai sore hingga malam hari. Â Meski rasa khawatir akan terjadi banjir sangat kecil, karena yakin wilayah hinian tempat saya tinggal memang tidak pernah terjadi banjir. Terbukti memang selama beberapa tahun tinggal di perumahan itu tidak pernah mengalami banjir. Meski hujan turun dengan derasnya.
Tapi, seiring berjalannya waktu, perumahan tempat saya tinggal pun semakin banyak penghuninya. Warga yang tinggal disitu pun memiliki sifat dan karakter berbeda beda. Terutama soal menjaga kebersihan lingkungan.Â
Banyak tetangga yang tingkat kesadarannya untuk menjaga kebersihan dan membuang sampai pada tempatnya sangat minim. Terkadang, tanpa rasa bersalah  membiarkan anak-anaknya membuang bungkus makanan seenaknya meski si orang tua melihatnya.Â
Anehnya lagi, ketika orangtuanya melihat anaknya membuang smapah sembarangan eh, si ibu memungut sampah si anak lalu membuangnya ke parit atau got. Alhasil tumpukan sampah di parit komplek seolah-olah menjadi tempat sampah.
Sebangai anak yang terlahir dari orangtua militer, sejak kecil sudah mendapat dididik yang tegas dan keras soal disiplin dan kebersihan. Oleh karena itu suka gerah juga melihat orang dengan seenaknya membuang sampah bukan pada tempatnya. Pernah beberapa kali menegur dengan baik-baik agar sampah dibuang pada tempatnya. Karena parit atau got bukan lah tempat sampah. Â Karena bisa menimbulkan mampet pada saluran parit. Eh, ternyata tidak pernah diindahkan.
Parahnya lagi, setiap musim hujan, parit saya selalu dipenuhi sampah kiriman dari saluran parit tetangga yang sederetan dengan rumah saya. Kebetulan rumah saya berada di deretan pojok sehingga salurat parit mengarah kearah parit rumah saya dan alhasil, sampah-sampah tak bertuan menumpuk di parit depan rumah.Â
Selama musim hujan bahkan tidak musim hujan pun, saya selalu membersihkan parit rumah karena sering mendapat sampah kiriman. Karena terlalu sering mendapat sampah kiriman, saya sampai melapor ke RT/RW agar diberi edukasi setiap warga harus menjaga kebersihan parit di depan rumahnya sendiri. Lagi-lagi tetap diabaikan.
Sampai suatu hari, hujan besar melanda dan tanpa henti dari pagi hingga malam hingga beberap hari. Debit air di kali juga di parit-parit pun penuh meluap bahkan meluber sampai ke jalan.Â
Saya sudah memprediksi seandainya terjadi turun hujan tanpa henti, dijamin komplek ini akan kena banjir. Bukan menyumpahi tapi realita dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak mengindahkan kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya.
Gong nya pun terjadi di bulan ketiga di tahun 2022 lalu. Banjir besar terjadi dan menggenangi pemukiman tempat tinggal saya. Semua warga panik karena  ketinggian air semakin lama semakin mengkhawatirkan.Â
Awalnya hanya sebatas mata kaki perlahan-lahan mulai naik hingga sebetis orang dewasa. Kebayang seandainya anak kecil keluar rumah tanpa diawasi orang tua mungkin sudah kelelep.Â
Warga mulai panik dan saling menyalahkan. Bahkan ada yang dengan vokal menyalahkan pemerintah. WHAT? Apa hubungannya banjir dengan pemerintah? Yang patut disalahkan diri anda sendiri. Tanya diri anda sendiri sudah sejauh mana anda menjaga kebersihan lingkungan? Sudah taat membuang sampah pada tempatnya?
Saya yang taat sekali pun akhirnya kena imbas dari mereka. Untungnya bangunan rumah saya sedikit tinggi sehingga air yang masuk hanya dipekarangan dan sampai bagasi doang. Meski tetap waspada seandainya debit air terus meninggi bisa-bisa air masuk ke dalam rumah. Bahaya! RT/RW dan warga pun terpaksa bergotong royong membersihkan gorong-gorong parit dan mengangkut tumpukan sampah yang luar biasa banyaknya.Â
Salah satu penyenbab utama terjadinya  banjir jelas tumpukan sampah yang menggunung dan mampetnya saluran air ke kali. Jelas itu bukan salah alam melainkan salah manusianya. Â
Gara-gara banjir, saya dan istri tidak bisa tidur dengan nyenyak. Karena selalu dihantui akan luapan air yang belum juga surut. Sampai keesokan harinya, debit air akhirnya semakin mengecil dan genangan air pun perlahan-lahan surut meski masih tetap ada bagian ruas jalan yang tergenang air.
Sebenarnya banjir yang melanda pemukiman saya bisa dijadikan pelajaran berharga untuk warga setempat juga orang-orang disekelilingnya, agar jangan sampai saat musim hujan berikutnya akan terjadi banjir part 2 lagi. Tapi, kemungkinan untuk banjir bisa terjadi. Karena, kebiasaan warga membuang sampah seenaknya masih saja dilakukan. Apalagi disaat musim kemarau tumpukan sampah masih juga memenuhi saluran parit di pemukiman.
Memang sangat susah mengubah kebiasaan yang sudah mendarah daging ya. Apakah kalian yang membaca tulisan ini bagian dari orang yang suka membuang sampah sembarangan atau sangat menjaga kebersihan lingkungan? Boleh sharing dong di kolom komentar.
Yok, mari yok, kita sama-sama menjaga kebersihan lingkungan dimana kita tinggal. Budayakan membuang sampah pada tempatnya walau sampah sekecil apa pun. Karena dari sampah kecil bisa menjadi besar dan bisa menjadi bencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H