Hari Kedua
Pukul 03.30 subuh, kami terbangun gara-gara setting alarm berbunyi dengan nyaringnya. Mata masih sepet karena masih terlalu dini untuk bangun. Apa boleh buat, jadwal bangun pagi emang disetting subuh hari untuk melanjutkan pendakian ke puncak Arjuno. Gue dan kedua teman pun bangun dengan berat hati. Ritual pagi biasanya buat sarapan ala kadarnya yang cepat saji. Biasanya, gue membawa oatmeal atau roti tawar yang diseduh dengan kopi atau the panas. Sayangnya, kedua teman enggan masak air karena butuh proses yang ribet. Alhasil, pagi itu gue hanya sarapan roti tawar dua tangkup dan dibasuh dengan air putih yang super dingin karena embun pagi.
Selesai sarapan, gue sempatkan melakukan ritual kedua yaitu, BOKER! Setiap pagi, dimana pun, gue wajib boker. Sebenarnya hal terberat yang dilakukan di gunung adalah BOKER. Tapi, karena sudah terbiasa boker pagi mau nggak mau itu seperti sudah ter setting. Isi perut minta dikeluarkan. Ketimbang menjadi masalah saat muncak nanti, gue memilih mengeluarkan isi perut terlebih dahulu. Sekop kecil yang sellau gue bawa setiap mendaki gunung langsung gue pegang beserta tisu kering dan tisu basah. Mencari tempat yang aman dan nyaman untuk beritual alias boker.
Pukul 04:00 subuh, Selesai boker, kami pun bersiap-siap untuk mulai muncak. Baca doa bersama juga wajib dilakukan agar terhindar dari petaka atau hal-hal yang tidak diinginkan saat pendakian. Kami menapati jalan yang sangat gelap. Lintasan yang sama sekali belum pernah kami lalui. Hanya cahaya senter kepala (head lamp) yang menyinari setapak demi setapak jalur. Sementara di kanan kiri muka belakang tampak gelap banget. Ketika disinari cahaya lampu senter, ternyata di kiri jalur ada jurang yang lumayan bahaya jika tidak hati-hati.
Sama seperti pendakian gunung-gunung sebelumnya, menuju puncak memang selalu memiliki medan yang berat. Begitu juga dengan gunung Arjuno. Mulai dari jalur yang gelap gulita sampai terik matahari menyinari pagi hari, kaki sudah entah berapa langkah berjalan tapi belum juga sampai di puncak.
Disinilah gue mulai merasa teramat lelah. Merasa pendakian yang sudah memakan waktu berjam-jam tapi tidak juga menemukan titik terang puncak Arjuno. Benar-benar melelahkan.
Oiya, sebelumnya, kami punya planning akan mendaki 3 puncak gunung lainnya. Yaitu, puncak Welirang, Puncak Kembar 1 dan 2. Tapi semua gagal. Karena, awal sampai di pos 4 hujan turun dengan derasnya sehingga rencana muncak ke Welirang pupus. Begitu juga dengan Puncak kembar 1 dan 2 juga diurungkan karena fisik sudah tidak mampu untuk melanjutkan puncak-puncak lainnya.
      Â