Selama di Surken, hujan masih juga mengusik ketentraman kami. Akhirnya, kami hanya bisa mendekam di dalam tenda. Bertegur sapa dari dalam tenda masing-masing. Begitu juga keesokan harinya saat melanjutkan pendakian ke puncak Gunung Gede. Lagi-lagi kabut tebal menemani kami. Nyaris awan putih nan tebal yang terlihat sejauh mata memandang saat berada di puncak Gunung Gede. Meski sesekali awan putih menyingkapkan kabutnya sehingga mempertontonkan keindahan pemandangan Gunung dan bukit-bukit dari ketinggian  hamper 3000 Mdpl itu. Tapi, itu hanya sekejap. Selebihnya kabut tebal kembali menyelimuti pandangan mata kami.
     Usai menggapai puncak Gunung Gede, kami kembali turun ke Alun-Alun Surken. Rombongan teman-teman baru kami yang hanya satu malam di Surken memutuskan turun kembali ke basecamp siang harinya. Sementara gue dan Hari, melanjutkan hingga malam kedua di Alun-Alun Surken. Lagi-lagi kami tidak punya teman. Hanya pemilik warung yang ada di Surken menjadi teman kesepian kami. Sumpah, baru kali ini merasakan Alun-Alur Surken sesepi ini. Tidak ada tenda yang berdiri. Mungkin karena bukan weekend kali, ya.
     Malam kedua di Alun-Alun Surken kami tetap terpenjara di dalam tenda. Sejak siang hingga menjelang subuh, hujan turun tanpa henda. Ditambah lagi badai angin kencang yang menimbulkan suara-suara aneh. Bener-bener bikin parno. Gue nyaris tidak bisa tidur karena suara angin dan hujan begitu kencangnya.
Hari ketiga, Sabtu pagi (19 November) pagi hari hujan mulai reda. Meski sesekali gerimis datang tak diundang. Kami bergegas untuk packing barang-barang. Kami memutuskan turun ke basecamp usai sarapan pagi. Jika terlalu siang, khawatir hujan akan turun dengan derasnya. Saat turun, baru lah kami berpapasan dnegan pendaki-pendaki yang lumayan ramai menuju alun-alun Surken. Hmm, untung saja kami sudah turun, seandainya kami mendaki saat weekend, yang ada desak-desakan dengan pendaki lainnya.
20 November Tiba di rumah dengan selamat. Badan masih terasa sangat lelah. Sehingga seharian memilih istirahat full.
21 November, pukul 13 lewat sekian, terjadi Gempa Cianjur yang memakan banyak korban jiwa. Selain korban jiwa, Banyak bangunan, gedung dan sekolah ikut rubuh. Bahkan, salah satu gapura yang ada di pos 1 jalur Putri ikut menjadi korban. Gapura iconic tersebut rubuh. Untungnya gue sempat berfoto di bawa gapura tersebut saat mulai mendaki dan juga setelah turun. Gapura iconic tersebut kini hanya menjadi kenangan. Â
Selain kejadian gempa, file foto-foto dan video selama pendakian Gunung gede dari gopro hilang gara-gara Harddisk gue rusak. Sementara foto dan video tersimpan di HDD tersebut. Untungnya masih ada file foto dan video dari kamera hape yang formatnya portrait bukan panorama.
Hmmm, ternyata pendakian terakhir gue ke Gunung Gede banyak menimpan misteri yang hingga kini masih sulit terpecahkan.