Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mendaki Gunung Argopuro 4 Hari 3 Malam yang Semakin Melelahkan || Part 2

7 Oktober 2022   10:23 Diperbarui: 7 Oktober 2022   10:30 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pos Cikasur (foto dokpri)

DAY 2,  GUNUNG ARGOPURO

Malam itu gue nyaris tidak bisa tidur dikarenakan badai angin yang cukup kencang. Sangkin kencangnya, suara deru angin mirip seperti suara pesawat terbang yang sedang berlalu lalang di atas tenda kami. Kencanggggg banget. Disamping gangguan badai angin, ada juga gangguan-gangguan yang tidak semua teman-teman merasakannya. Bukan bermaksud menakut-nakuti, tapi Gunung Argopuro terkenal dengan mistisnya. Apalagi ditempat kami nge camp, Cikasur. Dan, itu nyata jug ague rasakan. Jika penasaran, anda bisa membaca isah-kisah menyeramkan disana.

Padahal, gue paling ogah mencari info tentang kejadian-kejadian apa yang pernah terjadi di lokasi yang akan gue kunjungi. Ya, supaya gue tidak terkontaminasi dengan cerita pengalaman orang yang sudah pernah mendatangi lokasi tersebut. Gue akan mencari tahu setelah gue mendatangi dan merasakan juga mencocokan apa yang gue lihat pada mereka-mereka yang pernah merasakannya. Ada beberapa kesamaan dengan apa yang guerasakan dan alami tapi banyak juga yang berlebihan dan membumbu-bumbui dengan cerita yang lebih tgragis agar kisahnya lebih menakutkan.

Anyway,

Pagi di hari kedua matahari sangat terang benderang. Padahal jarum jam masih bertengger di angka 6, tapi sinarnya sudah menyamai sinar matahari di jam 10 atau 12. Sinarnya sangat terik. Tapi, teriknya kami manfaatkan untuk menjemur barang-barang kami yang terlanjur basah karena hujan. Mulai dari sepatu, kaos kaki, rain coat, kaos,  juga carrier yang ikut basah. Semua kami jemur agar bisa kering dan beban tidak menjadi lebih berat. 

Sambil menunggu waktu untuk check out (cieee, check out. Emang nginap di hotel!) Maksudnya sebelum melanjutkan pendakian k epos berikutnya, pagi itu kami manfaatkan untuk sarapan sekaligus masak makanan untuk bekal  makan siang nanti. Mengingat perjalanan kami masih cukup panjang, jadi sangat mustahil harus berhenti sekedar untuk memasak makan siang. Tentu cukup merepotkan. Jadi, momen di pagi ini kami gunakan semaksimal mungkin untuk memasak bekal makan siang.

Efektif bukan?

rebahan (foto dokpri)
rebahan (foto dokpri)

Selesai sarapan dan masak-masak, kami mulai berkemas. Mulai melipat sleeping bag, matras, jaket dan printilan lainya. Kemudian melipat tenda masing-masing dan membakar sampah-sampah bekas bungkus makanan. Yang wajib diingat! Jangan pernah membuang sampah sembarangan di Gunung (atau dimana pun). Setelah semua terlihat bersih, baru deh kami melanjutkan pendakian ke tempat yang lebih tinggi lagi. Tidak lupa meninggalkan jejak foto bersama di plang bertuliskan CIKASUR sebagai tanda bahwa kami pernah ngecamp disini.

Dari Cikasur kami menuju Cisentor yang menjadi pos selanjutnya.  Meski jalur Gunung Argopuro banyak padang sabana, bukan berarti jalan yang dilalui manis manja landai gitu. Anda keliru! Jalur gunung ini hampir sama dengan gunung-gunung lainnya. Banyak tanjakan, banyak turunan dan juga banyak bonus juga. Yang dibutuhkan bener-bener fisik wajib prima. Kalau ngeluh sakit atau capek sudah biasa. Mental yang harus di kokohkan sehingga keluhan yang terlontar dari mulut hanya sekedar ungkapan membunuh kelelahan. Gue yakin, semua pendaki merasakan kelelahan juga. Tapi, jangan sampai suruh mereka membawa bebanmu jika kamu merasa lelah. Semua sama-sama membawa beban kelelahan. So, nikmati saja.

2 jam trekking dilalui, akhirnya nyampe di Cisentor. Kami makan siang di Cisentor dengan bekal makanan yang sudah kami siapkan sebelumnya. Ada niat mau mandi di sungai kecil yang mengalir. Apadaya, niat diurungkan karena airnya sangat dingin. Belum mandi saja badan sudah menggigil. Padahal niat ingin mandi sudah kuat sekali.

Selesai makan siang, ngopi dan ngobrol-ngobrol, kami lanjut ke pos Rawa Embik. Yang perlu diperhatikan adalah mengatur managemen waktu agar jangan sampai kemaleman diperjalanan. Biasanya sering terjadi salah jalan sehingga tersesat karena jalur yang dilalui bercabang dan gelap. Jadi benar-benar harus diperhatikan hal-hal kecil yang bisa merugikan saat diperjalanan.

Tiba di Pos Rawa Embik yang dikenal ada mata air juga. Jadi kami mengisi botol-botol minuman kami yang sudah terkuras habis karena kehausan sepanjang perjalanan. Meski airnya tidak begitu jernih tapi wajib mengisi ulang botol minuman buat jaga-jaga haus diperjalanan. Dari Rawa Embik kami lanjut ke Pos Sabana Lonceng. Dan Di pos ini kami akan mendirikan tenda dan ngecamp. Meski tidak ada mata air di Sabana Lonceng Tapi dari Sabana Lonceng menuju Puncak Ringganis, Puncak Argopuro dan Puncak Hyang sudah cukup dekat. Maka, kami pun sepakat ngecamp disini.

Pos Cisentor (foto dokpri)
Pos Cisentor (foto dokpri)

Sebelum tiba di Sabana Lonceng banyak kejadian-kejadian yang diakibatkan rasa lelah yang memuncak. Mungkin hampir semua dari teman-teman sudah pengen cepat-cepat sampai di Pos Sabana Lonceng dikarenakan rasa lelah yang sudah diubun-ubun. Begitu juga dengan gue, karena rasa lelah gopro max yang ada disaku celana sempat terjatuh dan kepanikan melanda. Maklum, Gopro baru beli kalau hilang kebayangkan gimana gundah gulanannya? Eh, ternyata teman-teman ngerjain gue. 

Gopro yang tertinggal saat beristirahat diambil mereka dan dimasukin ke saku celana mereka (tepatnya di saku celana Hari). Gara-gara Gopro gue hampir berlari dengan kecepatan kilat turun kembali ke jalur yang sudah dilalui. Untung saja Hari langsung memperlihatkan Gopro yang ada di genggamannya. Panic attack Dissorder gue langsung kumat.

Pukul 15:30 WIB, gue tiba di Sabana Lonceng bersama rekan Budi dan Hidayat. Kemudian disusul dengan teman-teman lainnya. Kami langsung mendirikan tenda dikarenakan takut hujan turun tiba-tiba. Gue yang mulai menggigil kedinginan langsung ganti baju yang kering. Kalau maksa pakai baju yang basah bisa-bisa kena hipotermia.

Malam harinya, kami masak untuk makan malam sambil api unggunan. Makan malam sambil ngobrol-ngobrol terasa intimate banget. Kita saling berbagi kisah apa saja. Malam itu keakraban terasa banget. Meski lelah tapi kami tetap menikmati setiap momen kebersamaan. Dan, berbagi kisah menjadi bumbu penghantar malam kami.

Pos sabana lonceng (foto dokpri)
Pos sabana lonceng (foto dokpri)

Tapi saying, kami tidak bisa berlama-lama di luar tenda karena udara semakin menggila dinginnya. Kami pun masuk ke dalam tenda masing-masing dan memutuskan untuk beristirahat. Karena, hari esok masih ada medan berat yang harus dilalui lagi.  Meski, lagi-lagi, gue nggak bisa tidur karena memang sudah menjadi penyakit susah tidur ketika di gunung. Ditambah lagi badai angin yang masih mengganggu malam kedua kami. Hmmm... suara badai anginnya bak badai ombak yang begitu kencang.

Bagaimana Malam berikutnya???

Tungguh kisah selanjutnya ya...


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun