Mulai dari simaksi, logistik, transportasi Ojek dan mobil. Juga membaya jasa porter (yang menurut gue, kurang berfungsi dengan baik. Yang seharusnya dengan biaya 1 juta lebih, si porter multi fungsi sebagai angkat logistic juga bisa masak. Tapi urusan masak, Zonk!)
Pendakian gunung Argopuro terkenal dengan trek terpanjang di pulau Jawa. Tidak heran kalau hendak ke Argopuro dibutuhkan waktu minimal 4 hari 3 malam. Bahkan ada yang sampai satu minggu lamanya untuk menelusuri gunung dengan ketinggian 3088 mdpl ini.Â
Gue dan teman-teman memutuskan mengambil waktu 4 hari 3 malam diikarenakan banyak yang ngambil cuti kerja terbatas. Apalagi teman yang dari Bali butuh waktu panjang menuju Situbondo.Â
Eh, emang gue yang dari Jakarta nggak butuh waktu panjang juga? Hehehhehe. Intinya semua teman-teman sudah menyediakan waktu khusus untuk ekspedisi Argopuro ini.
Anyway, Gunung Argopuro secara administrafis berada di 5 kabupaten lho. Sebut saja, Situbondo, Bondowoso, Jember, Lumajang dan Probolinggo.Â
Jadi bisa kebayangkan kalau Gunung Argopuro ini memiliki luas sekitar 14.177 hektar dan masuk ke dalam pengelolaan Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Iyang.
Kalau mau mendaki Gunung Argopuro ada 2 jalur yang bisa dilintasi. Jalur Baderan dan jalur Bremi. Kebanyakan pendaki memilih lintas jalur. Seperti gue dan teman-teman memilih lintas jalur supaya bisa melihat keseluruhan Gunung Argopuro.Â
Ya, meski kaki gempor juga. Perginya dari Jalur Baderan, Situbondo dan pulangnya jalur Bremi, Probolinggo. Kami menempuh lintas jalur hanya 3 malam 4 hari. Bisa dibilang ngebut sih.
Awal pendakian kami mulai dengan naik ojek. Banyak yang bilang, kok pendaki naik ojek,sih? Lha, emang nggak boleh? Kaki-kaki gue, duit-duit gue, mau naik apa juga hak gue bukan?Â
Banyak alasan kenapa pendaki memilih naik ojek dari basecamp ke pos yang ditentukan batas ojek. Disamping untuk menghemat waktu, juga ya, itung-itung membantu perekonomian warga lokal yang berprofesi sebagai tukang ojek dong. Bukan sok wise ya. Tapi realitanya begitu.