Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Fobia, Ketakutan yang Bukan Untuk Dijadikan Bahan Olok-Olokan

16 September 2022   10:00 Diperbarui: 16 September 2022   11:51 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fobia merupakan kondisi keterbatasan karena dorongan kecemasan dan ketakutan akan sesuatu.

Saya yakin, semua orang pasti memiliki Fobia pada sesuatu yang ada di muka bumi ini. Memang tidak semua sama akan rasa ketakutannya. Misalkan, teman saya begitu ketakutan ketika melihat Kecoa. Dia bisa lari terbirit-birit setiap melihat kecoa terbang di sekitaran rumahnya. Ada yang takut dengan Cicak, Tikus serta rasa ketakutan pada benda-benda mati yang terkesan aneh. Misalkan takut sama Balon, Gunting, kertas crayon dan banyak lagi. Ada juga yang takut ketinggian, takut ke dalaman juga takut berada di ruangan sempit. Begitu banyak macam-macam rasa ketakutan yang berlebihan yang disebut Fobia.

Bagaimana dengan saya?

Mungkin saya pernah mengisahkan fobia saya terhadap sesuatu yang membuat saya bisa ketakutan yang teramat sangat. Ya, saya begitu fobia terhadap Ular. Menulis kata Ular saja bulu kuduk sudah merinding disko. Entah kenapa saya begitu takut dengan ular. Tidak hanya ular dalam wujud nyata alias ular hidup. Ular-ularan saja pun saya begitu ketakutan. Melihat ular di tv atau di film atau juga di gambar, bulu kuduk langsung berdiri tegak kayak kena strap guru.

Entah bagaimana awalnya sampai saya begitu ketakutan terhadap ular. Saya mencoba mengingat-ingat alkisahnya tapi tidak juga menemukan jawaban.

”Lo pernah dipatok ular?” Tanya teman yang penasaran dengan rasa ketakutan saya. Saya menggeleng tanda tidak pernah berurusan dengan ular.

“Lalu, kenapa lo sampe fobia berat dengan ular?’ tanyanya lagi. Pertanyaan yang sulit dijawab sampai detik ini. Entah kemana kunci jawabannya sehingga teka teki ini masih belum terpecahkan juga.

          Beberapa kali teman-teman mencoba mengakrabkan saya dengan ular. Mulai ngajak therapy dengan ala-ala hipnotheraphy gitu. Gagal.  Ada juga memberi ide dengan memberi surprise ular-ularan yang terbuat dari bahan karet. Kemudian mereka dimasukkan ke dalam tas saya. Bukannya senang, saya langsung murka. Marah semarah-marahnya. Tas langsung saya buang jauh-jauh agar jaga jarak dengan ular karet itu.

Begitu juga ketika sedang berada di dalam mobil. Tiba-tiba teman mengeluarkan ular karet dari dalam tasnya dan melemparkannya kepangkuan saya. Sontak saya shock dan langsung  membuka pintu mobil yang sedang melaju. Saya reflex lompat dari dalam mobil dan terjatuh dengan sukses ke aspal. Untung kecepatan mobil masih dalam batas yang pelan sehingga tubuh saya tidak mengalami luka parah. Seandainya mobil melaju dengan kencang, mungkin seluruh tubuh saya sudah luka-luka dan cacat.

Akibat ulah teman-teman yang awalnya menganggap guyonan berujung petaka. Saya memutuskan tidak mau berteman dengan mereka. Meski mereks sudah bermohon dan minta maaf namun, ke murkaan saya sudah pada batas klimaks yang sulit untuk memaafkan mereka.

          Terkadang, orang-orang terdekat tahu kalau seseorang itu memiliki fobia terhadap suatu benda atau hewan/binatang, seharusnya mereka sebagai orang terdekat berusaha untuk menyembuhkan bukan malah menjadikan rasa ketakutan itu untuk bahan candaan atau olok-olokan. Tentu mereka tahu, fobia itu bukan dibuat-buat atau sekedar joke. Fobia itu benar-benar rasa ketakutan yang teramat dalam yang muncul dari dalam diri si pemilik fobia. Apabila dijadikan candaan, wajar orang yang mengalami fobia itu akan melakukan tindakan yang dia anggap wajar. Mau marah, murka atau memutuskan silaturahmi. Ya, karena dia merasa sudah tidak nyaman berada dilingkuan yang dianggapnya teman baik ternyata malah kebalikannya.

          Hingga detik ini, jika ada teman atau orang yang tahu kalau saya fobia sama ular lalu mereka mencoba mencandai dengan hal-hal yang berbau ular, maka saya dengan sigap akan melakukan tindakan yang mungkin akan membuat mereka jera. Ya, missal menonjok mereka, atau memaki-maki mereka. Supaya mereka bisa membedakan mana bercanda mana menakut-nakuti.

          Bagaimana dengan anda? Fobia apa yang bisa membuat anda ketakutan yang berlebihan dan bisa membuat anda murka dan marah saat ketakutan anda dijadikan bahan candaan? Share di kolom komen ya..

Note: Kenapa saya tidak menampilkan foto ular sebagai visual? ya, karena saya phobia

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun