Suatu kali ketika sedang duduk santai sambil ngobrol membahas hal-hal yang ringan sampai obrolan ngalur ngidul, tiba-tiba aku berbicara tentang kematian. Kebetulan, kala itu ada saudara dari bokap yang baru meninggal. Eh, setika bokap marah dan ngomel ke aku.
      "Kamu mau mendoakan bapak cepat mati,ya?"
Entah kenapa berbicara tentang kematian dianggap hal yang tabu dan dianggap kalau kita menginginkan lawan bicara kita cepat meninggal. Padahal bukan kearah sana tujuannya. Tidak hanya berbicara dengan bokap, berbicara dengan teman-teman dan orang-orang terdekat sekali pun, mereka enggan membicarakan hal tersebut. "Nggak ada topic lain apa? Masak bicara tentang kematian. Lo emang pengen gue cepat mati?" kata temanku kala itu.
      Sampai menulis bahan tulisan ini pun, aku masih bertanya-tanya, Kenapa orang enggan berbicara tentang kematian? Apakah itu hal yang tabu? Atau, apakah kematian itu sesuatu yang menakutkan? Bukankan setiap mahluk yang hidup akan menuju kematian? Tapi, kenapa semua enggan berbicara tentang kematian?
Setelah bokap meninggal beberapa tahun yang lalu, aku mulai membiasakan berbicara tentang kematian pada saudara-saudara juga pasangan hidupku. Karena, bagiku obrolan tentang kematian bukanlah hal yang tabu dan juga menakutkan. Dengan demikian, kita tentu bisa menyadari bahwa kita yang hidup ini bukan abadi. Kematian lah tujuan bagi mahluk yang hidup dimuka bumi ini. Hanya saja, kapan dan dimana kematian itu (ajal) menjemput kita, tidak ada satu pun yang tahu. Â
      Ketika berbicara kematian, ujung-ujungnya pasti membahas soal kesehatan. Mulai mawas diri tentang arti kesehatan. Menjalankan pola hidup dan pola makan yangs ehat. Menghindari gaya hidup yang menambah beban pikiran. Bahkan, satu sama lain saling memberi support untuk saling mengingatkan dan saling memberi tips-tips tentang kesehatan Padahal awalnya membahas tentang kematian.
      Sebagai orang yang pernah mengalami Mati Suri selama kurang lebih 10 jam, aku sempat merasakan seperti apa orang yang meninggal. Seperti apa perpiasahan antara roh dan raga. Memang ebtul sih, ada rasa ketakutan ketika roh kita terpisah dari tubuh kita. Perlahan-lahan roh melayang-layang meninggalkan tubuh  kita yang terbaring kaku. Kala itu, aku mengingat dengan baik momen-momen mati suri itu. Momen dimana perpisahan Roh dan raga. Momen dimana orang-orang disekitar kita menangisi kita. Bahkan, roh kita yang terpisah itu pun ikut bersedih karena tugas kita di bumi ini pun selesai. Semua terlihat dengan jelas.
      Hingga kini, pengalaman Mati Suri yang aku alami di awal tahun 2000 lalu itu, masih terekam dengan baik di dalam memoriku. Aku pun menyadari kalau hidup dan mati hanyalah  sebatas tarikan nafas saja. Tidak ada yang perlu disombongkan di muka bumi ini karena nanti akan diminta pertanggung jawabannya oleh sang pencipta. Aku masih ingat betul ketika 2 malaikan berjubah putih menuntunku menjauh dari tubhku sambil mereka menghakimiku dengan pertanyaan-pertanyaan yang cukup jelas apa yang pernah aku lakukan semasa hidupku. Baik buruknya perbuatan kita tercatat dengan baik di dalam "buku kehidupan" kita yang nantinya akan dibuka kembali disaat tubuh dan roh kita sudah terpisah.
      Terkadang, aku menyadari sebagai manusia pasti tidak pernah alpa berbuat dosa. Tapi, sebisa mungkin dosa dikurangi, amal dan ibadah kebaikan diperbanyak. Itulah yang akan memperlancar jalan kita menuju hidup di keabadian.
Apakah anda pernah takut berbicara tentang kematian? Atau, Anda pernah mengalami mati suri seperti yang aku alami? Sharing, yok di kolom komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H