Setelah barang-barang yang menumpuk diungsikan, ada rasa plong melihat rumah yang terasa plong. Lemari tidak penuh sesak lagi. Parfum hanya ada beberapa yang memang menjadi fovorit dan sering dipakai. Begitu juga dengan sepatu dan kacamata. Rak buku yang sebelumnya memenuhi seluruh dinding ruangan perlahan-lahan mulai berkurang. Hanya beberapa buku pilihan yang masih tetap pada posisinya.
Sebenarnya, sejak dulu aku sudah suka konsep bangunan rumah yang minimalis. Bahkan, itu aku terapkan dalam nge disain rumah tinggal. Tidak suka desain interior yang ribet atau konsep bangunan yang terlalu wah. Hanya saja, kala itu hasrat ingin memiliki dan mengumpulkan barang-barang  itu yang menjadi kendala. Tapi, kini semua sudah tersinkronisasikan. Â
Inikah yang dinamakan gaya hidup minimalis? Aku juga tidak tahu. Yang jelas, mungkin karena bertambahnya usia, rasa ingin memiliki sesuatu itu semakin berkurang. Karena, sesungguhnya jika kita bisa memahami arti dari kebutuhan dan keinginan, maka kita bisa terbebas dari gaya hidup yang boros.
Misal, kita menginginkan tas tapi sesungguhnya kita tidak membutuhkannya dikarenakan kita masih memiliki beberapa tas yang masih layak pakai. Begitu juga dengan barang-barang lainnya. So, seberapa minimalis gaya hidup anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H