Jujurly, waktu ke Yogyakarta, saya sangat penasaran dengan jajanan pasar yang sangat legendaris yaitu Lupis Mbah Satinem. Selama ini saya hanya mendengar dan membaca kisah tentang penjual Kue Lupis ini lewat sosmed. ketika ke Jogja juga sering lupa untuk mencicipi kenikmatan Lupis hasil racikan tangan sepuh Mbah Satinem.Â
Akhirnya, keinginan untuk bisa menyantap kudapan "kampung" ini terwujud juga. Ya, ketika ada jadwal mengunjungi kota Gudeg untuk yang kesekian kalinya ini, saya bertekad untuk datang dan melihat langsung seperti apa sosok tua yang sangat fenomenal ini. Sangkin fenomenalnya, sosok Mbak Satinem pernam diliput media asing, lho.Â
Sebagai catatan, untuk bisa menikmati lupis Mbah Satinem, kita kudu berkorban waktu lho. Harus meluangkan waktu untuk mendapat nomer antrian . Di hari pertama, saya sempat kecewa karena datang kesiangan dan sudah tidak mendapat nomer antrian alias dagangan Mbah Satinem ludes terjual.Â
"Kalau datang kesini harus pagi-pagi. Mbak Satinem sudah mulai berjualan sekitar jam 5 pagi." ujar penjaga parkir yang sangat faham betul seperti apa antrian pelanggan Mbah Satinem. " Kalau jam 10 pagi, dagangan Mbah Satimen biasanya sudah habis."
berbekal informasi akurat dan terpercaya itu, keesokan paginya, pukul 06:00 WIB, saya sudah beranjak dari hotel tempat saya menginap mengendarai motor sewaan. Saya berfikir, apakah saya kepagian datang ke tempat mangkal Mbah Satimen berjualan? Oiya, Mbah Satinem berjualan di jalan Bumijo, Jetis, Yogyakarta. Tepatnya di depan sebuah ruko. Dan, apa yang terjadi? ketika saya tiba di jalan Bumijo, antrian sudah kayak ular tangga. panjang benerrrrr....
Edan, Â mereka sudah datang dari jam berapa ya?Â
"Mereka sudah datang sebelum Mbah Satinem tiba disini," ujar si tukang parkir. Hmm, saya hanya geleng-geleng kepala. Sampai segitunya mereka berjuang mendapatnya jajanan tradisional ala Mbah Satinem. Saya pun mendapat antrian nomer 35.
Salah satu keunikan dari Mbah Satinem adalah, ketika dia hendak memotong-motong ketan yang ada di depannya, dia tidak menggunakan pisau atau alat apa pun. Mbah satinem hanya menggunakan seutas benang yang konon katanya sudah cukup lama menemani mbah Satinem mengiris-iris ketan dagangannya.Â