Om Swastiastu!
Setelah berjibaku mendaki dari bibir pantai Kelingking hingga ke menuju puncak bukit  bebatuan, akhirnya saya dan teman nyampe juga ke tempat pertama kali kami berdiri saat sebelum kami turun. Asli, capeknya poolll!!! Kebayang dong, siang terik nanjak bukit bebatuan persis kayak mendaki gunung.Â
Saya yang sering naik gunung saja baru kali ini merasakan capeknya mendaki. Masalahnya, kami mendaki di siang terik matahari dengan persediaan air minum yang sudah tidak bersisa setetes pun. Nyaris saya hampir dehidrasi sangkin panas dan hausnya. Air ludah sendiri pun sudah nyaris kering sangkin tidak ada asupan air. Â
Ini benar-benar pengalaman yang sangat berharga bisa menginjakkan kaki sampai ke dasar pantai Kelingking. Tapi, seandainya diajak lagi turun kesana, maka dengan sangat berat hati saya akan menjawab,"No, Thanks!" Cukup sekali saja, deh, merasakan letih yang teramat letih.Â
Ya, meski kelelahan terbayar dengan keindahan, tapi, for the next time, saya tidak akan berniat turun lagi. cukup sekali aja deh, menikmati keindahan pantainya. Masih banyak pantai-pantai indah lainnya di Bali yang bisa dinikmati tanpa harus berjibaku berpeluh keringat darah naik turun bukit hanya untuk menikmati air pantainya..
Menuju Broken Beach
Setelah beristirahat beberapa saat dengan menghabiskan dua botol pocari sweat dan teh pucuk, rasa lelah pun berangsur-angsur hilang. Kemudian,  kami melanjutkan meng explore pantai lain yang ada di  bagian Barat Nusa Penida. Tujuan kami ke Broken beach.Â
Ketika dilihat di google map, jaraknya tidak terlalu jauh. Kami pun menuju ke sana. Broken Beach  atau dikenal juga dengan nama Pasih Uug berada di tengah-tengah tebing dengan ketinggian 50-200 meter.  Asal air yang ada di pantai tersebut bersumber dari laut lepas yang masuk melalui hempasan ombak yang menerobos  melalui lubang atau terowongan pada tebing.
Lubang besar tersebut terbentuk karena abrasi air laut yang terus menghempas selama ratusan tahun sehingga terjadi kerusakan. Itulah sebabnya masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Pasih Uug atau pantai rusak. Sedangkan turis asing mentasbihkan Pasih Uug sebagai Broken beach alias pantai yang rusak. Terserah deh mau dijuluki apa yang pasti, pantai ini sangat indah sekali.
Hanya hitungan beberapa menit kami sampai di Broken beach. Oiya, sebelumnya, kami sempat nyasar ke pantai Angel's Billabong. Berhubung di situ sangat sepi, kami sampat keder juga dengan kesunyian area tersebut. Masak, pantai yang terkenal ramai bisa se-sepi itu? Akhirnya, saya dan teman-teman mengurungkan niat ke Angel's Billabong putar haluan ke Broken beach. Meski jaraknya sangat dekat, bahkan berjalan kaki juga bisa digapai. Tapi, kami memilik parkir di Broken beach.
Kami keliru, berharap di Broken beach ramai pengunjung, eh, ternyata 11-12 dengan pantai sebelah. Sepi sesepi-sepinya. Bahkan di Broken Beach tidak ada satu warung atau tempat makan pun yang buka. Warung-warungnya sudah cukup lama tidak beroperasi. Miris memang. Semua gara-gara Covid sehingga merusak sumber mata pencaharian orang-orang yang mencari nafkah dari berdagang atau dari sumber pariwisata. Â
Berhubung suasana yang sangat sepi, kami tidak perlu berlama-lama disana cukup 30 menit menikmati keindahannya serta mengabadikan beberapa bidikan kamera juga mengambil beberapa footage video, lalu kami meninggalkan Broken beach. Kemudian, kami melanjutkan perjalanan ke Cristal Bay.
Meski kondisinya sama saja sepinya, tapi saya dan teman-teman menyempatkan mandi secelup dua celup menikmati segarnya air laut. Apalagi saat itu senja mulai turun keindahan dan kehangatan matahari senja membuat kami semakin betah berendam di Cristal Bay.
Setelah menelusuri 4 pantai di bagian barat Nusa Penida, badan pun semakin terasa lelah, kami akhirnya memutuskan kembali pulang ke Bungalow. Suasana yang sepi sepanjang perjalanan membuat kami berkhayal kalau Nusa Penida serasa menjadi private island bagi kami.Â
Karena saat itu, nyaris hanya saya dan teman-teman yang menikmati keindahan pantai-pantai tersebut. Sangat berbeda ketika saya melihat beberapa video traveling yang ada di Youtube terlihat jelas betapa ramainya orang mengunjungi pantai-pantai tersebut. Lucky me, karena kami tidak perlu berdesak-desakan dengan turis lain.
Tapi, di satu sisi, hati ini sangat sedih melihat banyak pedagang makanan dan minum yang tidak beroperasi karena sepinya pengunjung. Semoga, Corona cepat berlalu, agar denyut nadi pariwisata di Pulau Bali kembali berdenyut dnegan kencang.
Next story, saya akan cerita pengalaman meng-explore Nusa Penida di bagian Timur dengan keindahan pantai-pantainya yang tidak kalah menarik dari pantai di bagian Barat.
Pantengin terus ya.....
Oiya, kasih komen dong dengan cerita-cerita yang saya tulis. Dimana letak kekurangannya. Oke! Thank you!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H