Dan satu hal, banyak perceraian berujung enga putusnya silaturahmi. Menanamkan kebencian dengan mantan pasangan lebih dominan. Tidak mau mengingat janji suci Ketika hendak melangkah ke jenjang pernikahan. Smeua dianggap sudah pupus layaknya rumah tangga mereka yang juga kandas.
"Apakah sebuah pernikahan pantas untuk dipertahankan, ketika kita tahu hidup seatap dengan orang yang kita benci (tidak cinta lagi) sama dengan seperti hidup di neraka?" taya teman saya.Â
Jawaban itu hanya bisa dijawab bagi mereka yang merasakan. Karena, banyak juga yang mempertahankan pernikahan meski mereka tahu kalau kehidupan Rumah Tangganya tidak Bahagia.Â
Alasan lain adalah karena ada agama yang melarang adanya perceraian. "Apa yang sudah dipersatukan oleh Tuhan, tidak boleh dipisahkan oleh manusia." Meski berjibaku dengan keributan dalam RT-nya, tapi karena takut melanggar ikrar diatas altar maka mereka bertahan meski menyakitkan. Sehat kah pernikahan itu?
Perceraian sering dianggap aib sehingga Ketika tahu bercerai, anggapan miring akan mengarah kepadanya. Dan, kecenderung pihak yang sering dirugikan adalah perempuan.Â
Tudingan-tudingan miring selalu mengarah pada mereka. Meski pihak laki-laki juga ada yang merasa dirugikan. Namun persentasenya sedikit. Ini menurut saya lho. Saya bukan pakar Lembaga perceraian. Jadi kalau ada kekeliruan bisa di luruskan.
So, Semua status ternyata memiliki kerumitannya masing-masing bukan? Bagi yang statusnya masih Single percayalah, orang yang sudah menikah pun memiliki pertanyaan yang sama seperti kamu.Â
Masih ada pertanyaan "Kapan?" kalau yang single ditanya "Kapan menikah?" kalau yang menikah dintanya,"Kapan punya anak?" kalau yang cerai? Jangan sedih, pertanyaan Kapannya masih ada kok. "Kapan menikah lagi?"
Itulah negeri +62, selalu mau tahu kehidupan orang lain....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H