Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Single, Married & Divorced (Part 3)

26 Februari 2021   12:05 Diperbarui: 26 Februari 2021   12:13 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi foto: Pixabay)

Setelah masuk ke fase pernikahan (Married), apakah semua kebahagiaan ditemukan? Tentu jawabnnya bisa iya dan bisa tidak. Banyak pasangan yang menikah akhirnya merasa hidupnya lebih sempurnah setelah menikah. Tapi, ada juga yang merasakan "neraka" kehidupan justru setelah dia menikah. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk DIVORCE alias bercerai.

Simak ceritanya...

Saya punya teman dekat yang berusaha mempertahankan RT-nya, meski sesungguhnya hatinya sudah tidak kuat lagi. Alasan kenapa dia bertahan salah satunya masalah anak. Meski hampir setiap hari mengalami kekerasan secara verbal juga fisik, Namun, dia tidak punya nyali menggugat cerai suaminya. Apalagi dia berasal dari keluarga yang sangat religi dan sangat tabu jika ada perceraian. Akhirnya dia mempertahankan dengan batin yang sangat terluka.

Tapi, meski sudah berusaha betahan, akhirnya benteng pertahanan akhirnya runtuh juga, teman saya nekad menggugat cerai suaminya karena ketahuan selingkuh. Ketika kepergok eh si suami malah membela diri dengan melakukan kekerasan lebih dahsyat. Caci maki dan hinaan dilontarkan kepadanya salah satu kalimat yang membuat dia bulat tekad menggungat cerai adalah," Aku selingkuh karena kau sudah tidak bisa membuat aku terangsang lagi."

Seketika darahnya mengalir deras untuk cepat-cepat menggugat cerai. "Ngapain aku mempertahankan rumah tanggaku kalau teryata selama ini aku hanya dianggap sebatas babu." Isaknya.

Lalu, perceraian terjadi, hatinya justru terasa plong dan hidupnya lebih lega setelah bercerai. Ketakutan akan perceraian ternyata tidak semenakutkan yang dibayangkan. "Jika itu jalan yang terbaik, kenapa tidak kita pilih?" ucapnya setelah bercerai.

Beda kasus lagi dengan teman saya lainnya. Sepasang suami istri ini adalah teman saya. Teman baik pula. Saya tahu lika liku rumah tangga mereka dari awal menikah sampai akhirnya memutuskan untuk bercerai. Si istri merasa perjuangannya untuk merubah sifat suaminya sia-sia. Meski dia tahu itu sudah menjadi karakter yang sangat sulit dirubah. Kecuali si empunya sifat punya niat untuk berubah.

Ketika baru menikah, mereka masih tinggal dirumah kontrakan. Karena tidak ingin hidup di rumah kontrakan terus, si istri punya inisiatif mengelola keuangan suaminya yang pada dasarnya tidak bisa menyimpan uang alias boros. Sampai akhirnya mereka bisa beli apartemen dibayar cash dan mereka pun pindah dari kontrakan. Si Istri lega bisa mengumpulkan uang suaminya dengan baik sampai impian punya tempat tinggal terwujud.

Tapi, permasalahan rumah tangga tetap saja muncul. Si suami yang cenderung cuek dengan keadaan membuat si istri Lelah hati dan fisik. Tidak pernah di support setiap melakukan apa pun. Pertengkaran demi pertengkaran terus terjadi. Hingga akhirnya, lima tahun pernikahan, rumah tangga mereka runtuh juga. 

Perceraian pun terjadi. Tapi, karena sama-sama merasa punya hak dengan apartemen yang mereka tempati, mereka sama-sama bertahan tinggal satu atap meski sudah bercerai. Alsannya, si istri tidak mau keluar kalau apartemen tersebut tidak dijual dan uangnya dibagi rata. Si suami merasa apartemen itu punya dia karena dari hasil jerih payahnya, maka dia tidak mau menjual.

Luar biasa rumitnya perceraian itu. Karena sifat Ego selalu dominan sehingga perceraian itu terjadi. Sifat ego juga yang terdepat untuk mengakui kalau masing-masing tidak mau ditubuh sebagai orang yang bersalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun