Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Kehidupan Desa Suku Baduy

7 April 2020   13:26 Diperbarui: 7 April 2020   13:56 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oiya, Suku Baduy itu ada dua; Baduy Luar dan Baduy Dalam. Konon katanya penduduk di Desa Suku Baduy luar adalah mereka-mereka yang telah melanggar adat Desa Baduy Dalam sehingga akhirnya mereka di keluarkan atau memilih keluar dari Desa Suku Baduy Dalam. Karena Di Baduy, hukum adatnya masih kuat dan warganya sangat memegang teguh adat tersebut.

Tiba di Desa Baduy Luar, kami masih bisa menikmati alamnya sambil berfoto-foto pake kamera dan hape. Kami masih bisa bernyanyi-nyanyi dan juga masih bisa melihat dan menikmati dagangan  penduduk Baduy Luar. Sekilas mereka masih terlihat sama persis dengan warga Indonesia kebanyakan. 

Hanya saja, yang membedakan Penduduk Asli Suku Baduy adalah mereka tidak boleh dan tidak pernah memakai alas kaki apa pun (sandal atau sepatu). Karena, jika ketahuan mereka akan kena hukum adat.

dokpri
dokpri

Selain itu, yang menandakan lainnya adalah pakaian. Mereka mengenakan pakaian yang terbuat dari kain yang di tenun berwarna putih atau hitam. Mereka juga mengenakan ikat kepala yang juga terbuat dari kain tenun. Sangat menarik untuk ditelusuri kenapa mereka mengenakan pakaian yang coraknya seperti itu tersu menerus. Apa nggak bosan?  Ternyata itulah peraturan adat yang tidak boleh dilanggar. Jika dilanggar mereka harus siap kena sanksi adat.

Baru menginjakkan kaki di Desa Baduy Luar saja hati ini sudah begitu excited. Karena, kebetulan aku sangat suka dengan hal-hal yang berbau budaya. Apalagi budaya Baduy ini masih sangat kental atau asli, belum terkontaminasi dengan peradaban budaya kota.

Selanjutnya, kami melanjutkan perjalanan lagi menelusuri jalan setapak nan berliku menuju Desa Suku Baduy Dalam. Butuh waktu 4 jam perjalanan yang harus kami tempuh dengan berjalan kaki.

Kisah selanjutnya menuju Desa Suku Baduy Dalam. Stay Tune!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun