30 menit perjalanan dari Villa, kami tiba di pelataran parker kawasan Sikunir, ternyata sudah banyak orang yang ingin melihat sunrise. Padahal kami sempat khawatir kalau disana akan sepi. Kami keliru, justru peminat sunrise tumpah ruah ramaianya.
Puncak Sikunir memiliki ketinggian 2263 mdpl, jika dibandingkan beberapa gunung yang pernah aku daki, Sikunir tergolong rendah. Tapi, yang namanya nanjak tetap saja ngos-ngosan. Apalagid ua teman yang ikut nanjak sama sekali belum pernah naik gunung.
Ya, aku harus bersabar menunggu mereka yang terlalu lelah setiap kali mendaki. Nafas boros dan kebanyakan berhenti karena gak kuasa menahan capek katanya.
Sebenarnya kunci muncak itu Cuma satu, jangan terburu-buru. Slowly but sure. Karena tujuan muncak itu bukan untuk berlomba siapa dualuan nyampe ke puncak. Melainkan bagaimana kita menahan ego untuk bisa tetap solidaritas terhadap teman yang lemah.
Dan, sebelum matahari muncul ke permukaan bumi, Kami sudah berada di Puncak Sikunir bersama ratusan bahkan ribuan penikmat Sunrise dari berbagai kota. Memang sangat indah karena pagi itu matahari sangat cerah. Meski udara terasa sangat dingin, namun rasa dingin dan lelah terbayarkan oleh keindahan "golden Moment" pagi itu.
Akhirnya, keindahan Sunrise di Sikunir menembus kekecewaan kami akan Upas yang tak kunjung tiba. Dan, siang harinya, kami pun meninggalkan Dieng setelah berlama dua hari dengan kedinginan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H