Mohon tunggu...
Barnes Batubara
Barnes Batubara Mohon Tunggu... -

FAKULTAS EKONOMI UNIKA ATMA JAYA 2014. (PRODI MANAJEMEN)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pemikiran Orang Indonesia yang Salah tentang Musik

15 Oktober 2014   03:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:00 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musik menurut Wikipedia adalah  suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama. Berbagai macam jenis musik telah memanjakan telinga yang ada di seluruh dunia. Musik merupakan hal yang universal, dimana setiap orang dapat memahami sesuai dengan pemikirannya masing-masing. Namun, tidak jarang ada pemikiran-pemikiran yang salah terhadap musik terutama di Indonesia. Hal ini menyebabkan musik di Indonesia menjadi kurang berkembang, padahal potensi musik di Indonesia terutama untuk mendorong sektor ekonomi kreatif menjadi lebih maju sangatlah tinggi. Namun karena pemikiran banyak orang Indonesia terhadap musik cenderung "kurang benar" membuat musik kurang berkembang di Indonesia.

Pada kesempatan kali ini saya akan mengeluarkan pendapat saya mengenai apa saja pemikiran yang salah tentang musik.

1. Musik itu didengar bukan dilihat.

Banyak orang yang tanpa mereka sadari, mereka telah salah menilai musik. Banyak orang yang melihat musik dari penampilan bukan dari hasil karya mereka. Padahal kita semua tahu bahwa musik dinikmati untuk didengar bukan dilihat. Dari hal sepele seperti ini saja orang Indonesia telah salah menafsirkan musik. Hal itu terbukti dimana kita pasti sering melihat musisi yang tampil dimedia dengan "hasil karya" yang kurang baik namun karena penampilannya yang cantik ataupun tampan membuat mereka dikagumi banyak orang bahkan lebih dikagumi daripada mereka yang membuat karya dengan susah payah. Penampilan yang cantik ataupun tampan dalam musik seharusnya hanya menjadi "point plus" dalam musik, bukan sebagai yang terutama. Bukti lainnya juga ialah banyaknya muisisi yang dengan tenangnya tampil dengan "lypsinc" namun banyak orang yang mengaguminya. Hal itu dinilai sangat tidak baik dalam musik dan tidak menghargai mereka yang membawa karyanya dengan jujur dan semaksimal mungkin.

2. Musik tidak dibuat mudah begitu saja

Bila kita perhatikan, banyak karya musik yang beredar di Indonesia terdengar "begitu-begitu saja". Komposisi musik yang terkesan kurang kreatif, lirik yang dibuat dengan sepele dan hal-hal lainnya membuktikan hal itu. Orang Indonesia menjadi cenderung lebih banyak mengkonsumsi musik yang seperti itu. Memang musik yang seperti itu mungkin lebih memanjakan para penikmat musik di Indonesia dan hal itu dilihat sebagai potensi yang menggiurkan bagi label-label yang ada di Indonesia. Label-label yang ada di Indonesia cenderung menuntut para muisisinya untuk membuat karya yang seperti itu saja. Hal itu menyebabkan musik yang beredar di Indonesia lebih banyak musik yang seperti itu dan akibatnya para muisisi yang lebih bekerja keras dalam membuat karyanya menjadi merasa tidak dihargai dan tidak memproduksi karya-karya terbaiknya lagi.

Sebenarnya, Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak penduduk dengan bakat musik yang sangat mengagumkan dan tidak kalah dengan negara lainnya. Namun hal itu tidak didukung oleh para penikmat musiknya yang cenderung mengabaikan mereka yang telah menciptakan karyanya dengan susah payah. Hal ini menyebabkan mereka yang memiliki bakat yang mengagumkan di musik cenderung pesimis dan tidak termotivasi untuk membuat lebih banyak karyanya lagi. Kedepannya kita berharap agar makin banyak musisi berbakat Indonesia yang pantang menyerah dan mau melawan arus musik yang ada di Indonesia. Kita juga berharap agar para penikmat musik di Indonesia lebih menghargai musik yang dibuat dengan sungguh-sungguh dan susah payah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun