Mohon tunggu...
Barly Restu
Barly Restu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pionir vs "Copycat"

27 Juni 2018   12:00 Diperbarui: 27 Juni 2018   12:08 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bingungnya Milih Tempat Ngopi
Banyak sudah tempat coffee, baik yang bisa dinikmati di tempat maupun bisa dipesan secara online. Mulai dari inilah coffee, itulah coffee, asmara coffee, putus cinta coffee, dan banyak lagi. Namun di Jakarta, pionir coffee lokal yang sudah teruji, dan merupakan pendahulunya adalah Tuku Kopi. Dengan menawarkan konsep kopi susu sebagai kearifan lokal, di mana membuat banyak coffee shop franchise mendapatkan dampaknya, dengan menutup beberapa outlet mereka.

 Tuku yang diamini oleh presiden Jokowi sebagai salah satu tempat ngopi lokal rekomendasi beliau, akhirnya hingga hari ini mendapat pengakuan dari warga Jakarta, sebagai tempat kongkow kopi terbaik hingga saat ini di ibukota. Terutama kopi susu-nya.

Macam-Macam Ajo

Di pelbagai sudut ibukota banyak sate ajo ini, ajo ono, ajo inu, hingga ajo-ajoan. Namun buat sebagian besar penikmat kuliner sate padang, Ajo Ramon yang terletak di Pasar Santa tetaplah menjadi pilihan utama, hingga dia mampu membuat cabang di beberapa tempat. Resep leluhur yang diterapkan oleh para penerusnya menjadi sebuah formula ciamik, di mana ketika lidah kita mencicipi sate padang Ajo Ramon, rasa bumbu serta dagingnya, begitu sedap meleleh di lidah, hingga perjalanannya menuju perut kita terasa begitu indah. Ada sate lain yang bisa mengalahkan popularitas Ajo Ramon Pasar Santa? Saya rasa hingga hari ini belum ada yang mampu menurunkan tahtanya

Tiada Payung Seteduh Mereka

Payung Teduh merupakan pionir musik folk akustik lokal yang begitu fenomenal. Dua album mereka meledak sedashyat-dashyat-nya. Siapa yang akan menyangka, perjalanan mereka selama belasan tahun, dengan musik yang sebelumnya dirasa tidak awam, akhirnya menjadi anthemic muda-mudi millenials di seluruh nusantara. 

Lagu-lagunya kerapkali diputar oleh radio, berbagai macam versi lagu-lagu mereka diunggah oleh para fans-nya ke Youtube, dan show-nya kwartet folk ini tidak pernah sepi, dalam beberapa tahun terakhir. Sekarang banyak grup band yang mengusung konsep hampir serupa Payung Teduh, namun, millenials terlanjur sayang dengan grup yang telah dinyatakan bubar ini. Baik dari pribadi humble para personilnya, maupun lagu-lagunya yang begitu membekas.

MTV dan Para Penerusnya

MTV merupakan sebuah saluran channel TV yang begitu ditunggu-tunggu kemunculannya oleh mereka para penggemar musik, untuk memenuhi dahaga mereka akan berbagai macam jenis pilihan genre musik. Setelah rilis di era awal 80-an, MTV channel menjadi patokan mereka dalam memilih musik bagus, berselera, berkualitas, untuk membeli karya-karya musisi maupun band pujaannya tersebut, dalam bentuk rilisan fisik. Baik itu piringan hitam, CD, juga kaset. 

Para pembawa acara-nya ok, fasih dan paham dalam membahas sebuah aliran musik, pun saat mereka mengundang bintang tamu, tak tanggung-tanggung, semua musisi maupun band yang sekarang sudah sangat melegenda, maupun telah tiada, pernah jadi bintang tamu di MTV. Begitu juga yang terjadi di Indonesia, MTV Indonesia menjadi panutan para penggemar musik luar maupun lokal, yang berkelas. Tidak sembarang musisi maupun band bisa muncul di MTV, mereka benar-benar melakukan kurasi dalam hal konten, sehingga tidak ada musik yang tidak bermutu dapat tampil di MTV Indonesia.

Sementara itu acara musik yang ada di TV sekarang, rata-rata membosankan, mulai dari cara pembawaan host-nya, maupun musik-musik mainstream yang sudah terlalu jenuh hilir mudik di telinga kita. MTV is the best!

Cara Canggih Buat Nagih

Keluarga saya memiliki bisnis kos-kosan, yang telah dilakukan sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Kami semua, secara turun-temurun turut membantu usaha yang telah dirintis oleh kedua orang tua tercinta tersebut, dengan sepenuh hati. Seiring berjalannya waktu, seorang teman, yang kebetulan juga sedang merintis usaha kos-kosan, merekomendasikan saya terhadap sebuah aplikasi bernama Paybill, yang menurut dia bisa memudahkan pekerjaan kami. 

Saya, kakak, dan kedua adik, mencoba mengecek website-nya, dan melakukan registrasi. Setelah diulik sana-sini, ternyata aplikasi ini berguna sekali sebagai digital tools, untuk menagih uang kos-kosan para penyewa kos-kosan keluarga kami. Waktu itu kami mengajak seluruh penghuni kosan untuk makan-makan bareng, di ruang makan keluarga kami (rumah kami hanya terpisah 3 meter dari tempat kosan) dalam rangka perayaan ulang tahun kakak saya, sekaligus untuk menerangkan peraturan baru, yakni, mulai bulan tersebut, kami memberlakukan pembayaran uang kos harus melalui Paybill. 

Tentu saja kami tidak sendiri, ada 2 sales dari Paybill yang menemani kami, untuk menerangkan fungsi, kegunaan, juga berbagai macam kelebihannya. Terutama: mudahnya menagih.

Untuk aplikasi transportasi online mungkin semua pembaca hipwee sudah khatam, fungsi serta kegunaannya. Namun untuk aplikasi buat menagih, si Paybill ini merupakan pionirnya. Karena setelah itu, saya lihat ada beberapa aplikasi serupa yang secara luar dalam benar-benar meniru Paybill. Begitulah fenomena digital, ada pionir, pasti ada copycat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun