Mohon tunggu...
Barliy Brasila
Barliy Brasila Mohon Tunggu... Penulis - Penulis/Dosen MKDU Ilmu Sosial dan Politik Pemerintahan

Instagram Barliybrasy Saya Bukan orang beruntung Penuh Kegagalan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pilkada Sudah Selesai Tetapi Meninggalkan Jejak Tingginya Angka Golput

3 Desember 2024   17:13 Diperbarui: 7 Desember 2024   14:06 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kegiatan barliy/dokpri

Menyambung dari pendapat ahli diatas dan kutipan tempo.com. Saya sebagai penyelenggara pemilu tingkat kelurahan yang juga profesi sebagai dosen berbincang panjang lebar dengan sesama dosen di warung kopi dan kawan-kawan penyelenggara. Khususnya di daerah Kabupaten perilaku politik masyarakat sekarang pragmatis, memilih atau ke tempat TPS untuk memilih harus diberikan uang seperti lagu di Pilpres kemarin yang trending di Tiktok "ada suara dan ada uang" artinya tidak ada serba gratis. 

Hal ini ada penyebabnya salah satu ekonomi dan ketidakpercayaan pemilih kepada elit politik yang tidak mengubah harapan hidup mereka sehingga massage pemilih sama saja memilih si A dan si B tetap saja tidak mengubah hidup, saya merasa sendiri sebagai penyelenggara pemilu kurangnya sosialisasi politik oleh lembaga seperti Bawaslu dan KPU dan penyatuan TPS yang mana dalam satu wilayah terdapat 20 TPS menjadi 12 TPS sehingga merubah alamat TPS dan sebagian pemilih tidak tahu alamat TPS di wilayah daerahnya.

Perlu ditegaskan bahwa pragmatis politik yang dilakukan masyarakat tidak lepas karena kegagalan pemerintah dalam mengatasi masalah sosial dan ekonomi, disamping itu elit politik tentunya akan bersifat pragmatis melihat perilaku masyarakat tujuannya untuk kemenangan pemilu. Pemilu ibarat seperti pertandingan sepak bola kedua kesebalasan saling mengeluarkan strategi untuk memenangkan pertandingan, baik atau buruk strategi yang penting kemenangan adalah hasil, namun sebenarnya masalah ini bisa diatasi jikalau elit politik yang terpilih bukan sekedar memiliki keinginan tetapi political action untuk menyelesaikan masalah struktural sosial masyarakat bukan dengan terpilih membiarkan, bersikap bodo amat dan akal-akalan agar bisa terpilih lagi "seperti lingkaran setan".

Kemudian pola pikir yang cacat logika dari masyarakat sendiri bukan berpikir secara jernih dan menyeluruh bahwa politik sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari termasuk dapur rumah tangga. Hal ini bisa saja karena literasi sangat rendah atau pendidikan salah satu faktor penyebabnya sehingga kesadaran terhadap politik buta.

Melanjutkan pernyataan tadi kehidupan sehari-hari kita tergantung kepada kebijakan politik baik dari mengantur keuangan dapur rumah tangga secara privasi, hak agama, uang SPP sekolah, biaya sekolah, biaya fasilitas kesehatan, infrastruktur di sekitar rumah, fasilitas umum dan produk yang kita gunakan, pendapatan yang bekerja disektor formal dan infromal semuanya merupakan produk politik kalau produk politik berada ditangan yang tepat maka masalah-masalah sosial terselesaikan jikalau yang memegang kebijakan ini orang yang berpikir untuk sesaat maka kita akan menuju keburukan. Nah, pentingnya politik dengan mengenal  lebih dalam latarbelakang, rekam jejak, dan asal muasal si calon sangatlah penting tapi ya sudah pemilu sudah usai terima saja legowo kata orang jawa.

Biarkan saja menjadi sejarah tercatat sebagai rekam jejak yang buruk perlu kita perbaiki kedepan bukan hanya berdiam diri menyaksikan dan menonton pelaksanaan pemilu secara baik tetapi penyakit politik yang struktural harus diobati dan dicegah jangan dibiarkan dan menjadi budaya masyarakat. Kita semua tanggung jawab ingin pemilih berkualitas karena tantangan kedepan untuk daerah dan negara sangat kompleks.  


 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun