Mohon tunggu...
Barliy Brasila
Barliy Brasila Mohon Tunggu... Penulis - Penulis/Dosen MKDU Ilmu Sosial dan Politik Pemerintahan

Instagram Barliybrasy Saya Bukan orang beruntung Penuh Kegagalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pahlawan Masa Kini

13 November 2024   10:26 Diperbarui: 13 November 2024   10:33 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasti sangat setuju sebagian dari kita sangat mempopulerkan Tokoh Super Hero luar negeri Spiderman, Iron Man, Hulk, Captain Amerika, Superman dan Batman bahkan dalam negeri Gundala, Gatot Kaca, Sri Asih dan Godam. Jika kita aksinya sangat luar biasa dalam melawan kejatahan dan membela kebenaran. Rakyat-rakyat kecil yang tertindas oleh elit atau sekelompok elit yang memiliki kekuatan selalu dilindungi oleh mereka dan mereka yang terdepan melawan-melawan penindasan dan nyawa mereka kadang menjadi jaminan dipertaruhkan untuk menyelamatkan masyarakat, sayang beribu sayang aksi itu hanya kita dapat saksikan dalam dunia fiksi yaitu film atau berupa komik. Dalam dunia nyata ada juga aksi serupa  dapat dilihat pada catatan sejarah peristiwa kemerdekaan yang dilalui oleh negara untuk lepas dari kolonialisme. Dari peristiwa tersebutlah lahirnya para pahlawan sebut saja Tuanku Imam Bonjol, Patimura, cut nyak dien, Sultan Hasanudin, Pangeran Diponorogo pada masa sebelum kemerdekaan RI, sesudah kemerdekaan kita mengenal Bung Karno, Bung Hatta, Muhammad Yamin, Supomo dan lainnya dan mengingat kembali Peristiwa G30 SPKI ada 7 pahlawan revolusioner  Jendral Ahmad Yani, Letnan Jendral Anumerta Suprapto, Letnan Jendral M.T Haryono, Letnan Jendral S Parman, Mayor Jendral D.I Panjaitan, Mayor Jendral Sutoyo Siswomiharjo, dan Kapten Pierra Tendean.

Jasa mereka terhadap bangsa tidak boleh kita lupakan begitu saja dan ada pelajaran penting dari peristiwa heroik yang mereka perjuangkan dalam memperoleh kemerdekaan dan kebebasan.

10 November 1945 adalah moment heroik sangat luar biasa terjadi di Republik ini, perjuangan fisik yang kita kenal “Pertempuran Surabaya”. Dengan karakter pribadi dan rektorika yang sangat luar biasa melalui saluran radio Bung Tomo tokoh utama  membius atau menghipnotis rakyat sehingga jiwa rakyat menyatu dan terbakar dengan keterbatasan senjata pun tidak melemahkan semangat hanya atas nama Kemerdekaan. Itulah sepenggal singkat sejarah masa lalu Republik ini.

Sekarang apakah kita bisa menyaksikan peristiwa heroik dan menginspirasi ? tentu jawabannya ia. Namun konteksnya beda bukan melalui perjuangan fisik tapi non fisik.  Ketidakadilan dan ketimpangan sosial di Republik ini masih mudah kita temui, tetapi ada beberapa orang di sekitar kita  dengan keterbatasan fasilitas dan lainnya tidak menghilangkan semangat juang mereka untuk mengatasi masalah sosial dan ketimpangan sosial. Mengutip Tempo.com Desa terletak di lereng Gunung Besar, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Di pelosok desa ini, berdiri sebuah sekolah kecil yang menjadi tempat bagi anak-anak setempat menimba ilmu, yaitu Sekolah Dasar Negeri (SDN) Juhu, di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Khadijah mengabdi sebagai guru selama  23 tahun ia menembus rimba pegunungan meratus untuk menyiapkan generasi penerus bangsa lewat pendidikan.

Pada 18 ada 25 November 2018 sempat viral sebuah video yang beredar di media sosial tentang guru yang berenang menyeberangi lautan sembari memegang tas “nyawa taruhan”. Guru hebat dalam video tersebut tidak lain adalah Ahmad Haris. Beliau merupakan guru di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pulau Balir, Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kemudian siapa yang tidak kenal sosok Butet Manurung, Penggagas Sokola Rimba dan Kisah Reni Anggraini, Mengabdi sebagai Relawan Kemanusiaan, dirinya pernah ke permukiman kumuh TKI di malaysia dan betapa tidak dihargai dan rendahnya TKI dimata bangsa lain.

Dari peristiwa heroik di era sekarang tentunya lahir pahlawan tersebut ada permasalah sosial dan ketimpangan sosial khusus di pendidikan, kemanusiaan dan bidang lainnya dan tidak lepas dari kegagalan pemerintah mengatasi ketimpangan sosial sehingga ada beberapa orang memiliki inisiatif muncul di tengah permasalahan dengan jiwa penuh keberanian diri rela berkorban, cinta bangsa, cinta tanah air, semangat, empati, dan peduli walaupun jasanya dibidang pengabdian tidak dihargai hanya diberi upah profesi secuil biji kacang, mungkin dalam benak hati mengeluh tetapi tidak pernah luntur semangat dan mental. Luar biasa Pengabdian dan pantas disandang sebagai Pahlawan Masa Kini.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun