Setahun lalu, ketika berkunjung dan tinggal kurang lebih 3 bulan di negara yang memiliki warna bendera sama dengan bendera kita ini, saya menemukan banyak hal-hal baru yang tentu saja sangat berbeda dengan Indonesia. Makanan, gaya hidup, transportasi, semuanya jauh berbeda. Jelas, negara yang masuk menjadi anggota Uni Eropa di tahun 2004 ini jauh lebih oke daripada negara kita, hehe.. Selama kurang lebih 2 bulan disana, saya tinggal di sebuah kota pelajar kecil, tempat kelahiran nya astronom terkenal dunia, Nikolas Copernicus, yaitu Toruń. Melalui sebuah organisasi mahasiswa internasional, saya memperkenalkan segala macam hal tentang Indonesia kepada anak-anak SD, SMP, dan SMA di Toruń dan kota-kota sekitarnya. salah satu hal yang paling menarik bagi mereka tentang Indonesia (selain angka '0' yang begitu banyak di uang kita) adalah, mal-mal di Jakarta yang banyak dan besaaaarr nya minta ampun. Melalui bahan slide yang telah saya siapkan, awalnya mereka pikir itu adalah kantor-kantor, namun setelah saya beritahu kalau itu adalah pusat perbelanjaan, seisi kelas kaget dan bilang "woooooowwww". Saya paham sih, karena memang mal-mal dan pusat perbelanjaan di Toruń dan bahkan Warsaw sekalipun tidak se oke dan sebanyak di Jakarta hehehe... [caption id="attachment_260090" align="aligncenter" width="461" caption="kata anak SD Polandia tentang Indonesia"][/caption]
Pada beberapa weekend yang saya habiskan dibeberapa kota lain seperti Gdańsk, Warsawa, dan Poznan, sedikit banyak terlihat bahwa memang Indonesia sedikit tidak eksis di negara nya John Paul II ini. Tidak seperti negara-negara Eropa lain, atau bahkan Turki, Mesir, dan juga Maroko dan Tunisia yang lebih dikenal dan menjadi tujuan langganan liburan mereka.
[caption id="attachment_260091" align="aligncenter" width="614" caption="Bahasa dan Bendera negara. Indonesia memang sangat tidak eksis di Polandia"]
Tapi pada suatu kunjungan ke Warsawa di akhir bulan September 2012 lalu, saya diajak untuk mengunjungi "Warsaw Upraising Museum" yang isinya tentang sejarah Polandia semasa PD II, kehancuran Warsawa yang sempat disebut dengan "The Ruin City" karena hancur total pasca Perang Dunia II dulu, dan pernak pernik nazi-komunis dinegara itu. Didalam, saya lsg menuju tempat penyewaan audio-guide. Yah, sebagai pelancong dinegara orang yang punya bahasa ibu "tidak terlalu eksis", tentulah bahasa Inggris adalah satu-satunya pilihan bahasa untuk audio-guide nya. Tapi saya terkejut ketika melihat daftar bahasa yang tersedia di tempat penyewaan audio-guide tersebut ; ADA BAHASA INDONESIA diantara beberapa pilihan bahasa eksis dunia lainnya.
Saya bangga sih, tapi malah heran nya lebih besar. Bertanya-tanya, memangnya se eksis itukah bahasa indonesia disini? atau mungkin ada banyak turis Indonesia yang jalan-jalan ke Polandia? Apalagi yang jalan-jalan ke museum? hehe. Atau banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di sini? ah, mungkin tidak, karena sebelumnya saya sempat kopdar dengan beberapa orang komunitas mahasiswa Indonesia di Polandia, dan memang jumlahnya ya tidak terlalu banyak. Lah terus, kenapa ya rasa-rasanya bahasa Indonesia bisa ada? Sampai sekarang saya juga masih bingung hehehe
[caption id="attachment_260093" align="aligncenter" width="614" caption="pilihan bahasa utk audio-guide di Warsaw Upraising Museum. Ada Bahasa Indonesia!"]
Sedikit cerita tentang bahasa Indonesia di Polandia  tadi merupakan salah satu pengalaman unik saya selama 3 bulan berada di Polandia. Lain cerita kalau bahasa Indonesia ditemukan di Belanda (saya akan posting tulisan tentang keunikan Indonesia yang saya temukan selama di Belanda di postingan berikutnya).
Tahniah Dirgahayu Republik Indonesia ke-68!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H