Yak, kali ini saya duduk duduk dengan kakak saya di puncak tertinggi timur Yogyakarta yang bernama Nglanggeran, atau kebanyakan orang menyebutnya dengan Gunung Api Purba. ngobrol tentang keindahan gunung ini sambil memakan bekal satu bungkus biskuit sambil minum air mineral 1,5 liter yang masih sisa setengah untuk perjalanan tadi. Nglanggeran terletak sekitar 25 km timur kota jogja. Di atas  bongkahan batu breksi andesit ini suasana tanpak berbeda. Langit yang cerah dengan sunrise di sebelah timur, udara yang dingin dengan kabut yang agak tebal. Kontras dengan hiruk pikuk kota jogja yang terlihat suram dengan asap keabu-abuannya. sejenak melepas lelah dengan kebosanan rutinitas harian. Bertemu dengan orang pintar yang sebelah mata dan kritis dengan otak kiri yang mereka banggakan.
Nglanggeran telah mati sekitar 60 juta tahun yang lalu. Dia telah menuntaskan siklus hidupnya. Menyisakan bongkahan batu breksi andesit yang menjulang tinggi. Ya, betapa tuanya bumi kita ini di bandingkan dengan siklus hidup manusia yang relatif singkat. Entah, hal apa yang membuat dia terus setia untuk berdiri meskipun dia telah mati 60 juta tahun yang lalu. Berbeda dengan manusia yang selalu mengeluh dan terkapar lemah dikala mereka tak kuat menjalani cobaan hidup.
Sejenak membayangkan, hal apa saja yang telah dialami gunung ini. Atau mereka juga pernah bertemu dengan dinosaurus yang di anggap hewan purba itu. Atau mereka juga pernah bertemu dengan peradaban yang ada sebelum manusia masa kini, yang sebagian ilmuan menganggap bahwa itu benar-benar ada. Mungkin jika bongkahan batu ini di izinkan untuk bicara dia pasti akan menjawab semua pertanyaan ini.
Satu jam yang lalu saya masih bersusah payah untuk naik. Melewati himpitan batu batuan yang relatif sempit. Seakan siap untuk menghancurkan orang yang akan melewatinya. perjalanan naik relatif singkat sekitar 1 jam. Seakan mengingatkan bahwa hidup manusia begitu singkat. Dengan beberapa pos yang terdapat gardu di setiap posnya. Melambangkan bahwa hidup manusia itu bertahap. Mulai dari masa kecil, remaja, hingga tua. Kadang ada yang naik hanya sampai pos 1 atau pos 2. Menggambarkan bahwa manusia hidup itu tidak selalu sampai tua.
Bunyi klakson seketika membangunkan ku dari lamunan. Lamunan tentang nglanggeran yang ku jamah 1 jam yang lalu. Â Lampu telah hijau. Aku kembali menarik gas motorku. Meninggalkan Gunung Api Purba yang akan tetap berdiri di tempatnya tanpa berpikir pragmantis mengharap bayaran dari seorang manusiap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H