Permasalahan gizi buruk dan stunting merupakan permasalahan yang saling berkaitan dan  memberikan  dampak  yang signifikan  terhadap  individu.  Stunting yang  mengacu  pada gangguan  tumbuh  kembang  anak  akibat  kekurangan  nutrisi  selama  seribu  hari  pertama kehidupannya,  menyebabkan  gangguan  fisik  dan kognitif  jangka panjang  yang  tidak dapat diperbaiki. Hal ini tidak hanya mempengaruhi keterampilan motorik dan kemampuan kognitif mereka tetapi juga menghambat kinerja kerja mereka secara keseluruhan. Selain itu, anak yang mengalami  stunting  cenderung  memiliki  rata-rata  nilai  IQ  sebelas  poin  lebih  rendah dibandingkan anak normal.
kondisi  tempat tinggal yang tidak sehat, terbatasnya akses terhadap air bersih. , dan kurangnya kebersihan lingkungan, yang semuanya dapat menghambat kemampuan anak dalam menyerap nutrisi yang diperlukan. Stunting ditandai dengan terhambatnya pertumbuhan fisik dan terhambatnya tumbuh kembang pada anak. Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak berusia 0 hingga 59 bulan yang tinggi badannya berada di bawah ambang batas tertentu (menunjukkan stunting sedang dan  berat)  atau  turun  tiga  standar  deviasi  di  bawah  rata-rata  (menunjukkan  stunting kronis)  sebagaimana  ditentukan  oleh  standar  pertumbuhan  yang  ditetapkan oleh  Organisasi Kesehatan Dunia.
KKN Kolaboratif 105 desa tanjungsari yang memilki program kerja utama ialah pencegahan stunting mengawali kegiatan dengan pengumpulan data dengan mengikuti kegiatan posyandu. Kegiatan posyandu meliputi: pengukuran  berat badan,  panjang badan bayi dan balita, serta pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar perut ibu hamil. Pendataan  ini  dilakukan  pada  tanggal  5 agustus  hingga  14  agustus  2024  di  Tanjungsari Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember. Selain melakukan pengukuran untuk menilai status gizi, juga diberikan edukasi mengenai stunting.
Salah satu strategi  yang dilakukan oleh KKN Kolaboratif 105 untuk mencegah stunting pada anak-anak adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat umum untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran  mereka  mengenai  pencegahan  stunting,  termasuk  pemberian  nutrisi  tambahan melalui penggunaan bahan makanan seperti Daun kelor yang kaya akan nutrisi salah satunya adalah vitamin: A, C, dan E. Daun kelor juga mengandung Kalsium, besi, magnesium, Asam amino esensial serta Senyawa yang melawan radikal bebas. Daun kelor mudah dicari serta mudah cara pembuatannya yang dibentuk menjadi agar-agar.
Metode yang dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut yaitu metode sosialisasi dan demonstrasi. Dalam sosialisasi dijelaskan terkait  materi yang  akan diberikan,  yaitu  mengenai masalah  dan  penanganan kondisi stunting pada anak. Saat pendemonstrasian dipraktikkan langkah pembuatan Pemberian  Makanan  Tambahan atau yang biasa disebut (PMT) yaitu agar-agar daun kelor.
      Tujuan dari program kerja ini adalah untuk  menyebarkan  informasi penting  kepada masyarakat  setempat  mengenai  stunting.  Edukasi  tersebut  meliputi  pembahasan  mengenai pengertian  stunting,  ciri-ciri  anak  stunting,  proses  terjadinya  stunting,  berbagai  faktor  yang berkontribusi  terhadap  stunting,  dampak  buruk  stunting,  dan  strategi  pencegahan  stunting. Selain  aspek-aspek  tersebut,  program  penyuluhan  ini  bertujuan  untuk  meningkatkan pengetahuan  masyarakat  setempat  mengenai  stunting,  dengan  menekankan  bahwa  stunting tidak hanya sebatas permasalahan perbedaan tinggi badan dengan usia anak.
      Stunting  dapat  terjadi  karena  kurangnya  konsumsi  nutrisi  yang  tepat.  Selain  faktor lingkungan, juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan hormonal; Namun, sebagian besar kasus  stunting  disebabkan  oleh  kekurangan  gizi.  Oleh  karena  itu,  peningkatan  edukasi mengenai pemberian makanan  bernutrisi dengan  makanan  inovasi berupa agar-agar daun kelor sangat penting dalam mencegah stunting.
      Tujuan diadakannya pembuatan Pemberian  Makanan  Tambahan (PMT) inovasi agar-agar daun kelor ini adalah untuk memperkenalkan ragam pangan  yang berbahan  dasar lokal,  guna  memenuhi kebutuhan  gizi  dengan cara pembuatan  yang  mudah  dan kaya akan nutrisi  karena  cara  konsumsi  yang  mudah.  Selain memberikan informasi mengenai stunting, sesi penyuluhan ini juga diisi dengan demonstrasi praktik pembuatan agar-agar daun kelor.
Adapun cara pembuatan agar-agar daun kelor:
Bahan
- Agar-agar 1 bungkus
- Gula 75 gram
- Santan satu bks dilarutkan 500 ml air
- Garam 1 sdt
- Skm 1 pcs
- Vanili
- Pandan 2 Lembar
- Daun kalor 50 gram.
- Air 250 ml
Cara pembuatan:
- Rebus daun kelor dg 200 ml air hingga mendidih
- Blender daun kelor dan air rebusannya, tambahkan 250 ml
- Saring daun kelor yg sudah di blender, pisahkan dengan ampasnya
- Masukkan gula, agar-agar, santan, dan sari daun kolor ke dalam panci
- Masak dengan api kecil dan di aduk terus menerus, dengan tambahkan 2 lembar daun pandan, dan vanili secukupnya. serta garam.
- Aduk hingga mendidih, dan marak.
- Matikan kompor, lalu masukkan kedalam cetakkan yang diinginkan.
- Tunggu agar-agar daun kelor dingin hingga menjadi padat dan siap dinikmati