Mohon tunggu...
Budi Arifvianto
Budi Arifvianto Mohon Tunggu... -

Saya adalah salah satu di antara sekian banyak orang Indonesia yang tertarik belajar dan mendalami dunia riset dan teknik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Geliat Pasar Tradisional di Belanda

11 April 2015   20:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:14 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan salah mengira, di negara-negara Eropa Barat yang sudah maju seperti Belanda ternyata masih tetap menghargai keberadaan pasar tradisional. Pusat perbelanjaan semacam mal dan supermarket memang tersebar, terutama di kota-kota besar seperti Amsterdam, Den Haag dan Rotterdam. Meski demikian, pasar tradisional masih tetap eksis dan menggeliat, menjadi salah satu urat nadi dalam kehidupan ekonomi masyarakat di kota besar maupun kecil di Belanda.

Sebagai contoh, pasar tradisional yang berada di Kota Schiedam, kota kecil di sebelah barat Rotterdam. Setiap Jumat, pasar tradisional digelar di tanah lapang atau square di depan kantor pemerintah dan di pusat Kota Schiedam. Para pedagang sudah berdatangan dan menggelar dagangannya sejak pukul 8 pagi.

[caption id="attachment_409383" align="aligncenter" width="424" caption="Pasar di hari Jumat yang digelar di depan kantor pemerintah Kota Schiedam"][/caption]

Para pedagang berdatangan menuju lokasi pasar dengan mobil niaga yang umumnya berbentuk van tertutup. Di belakangnya tergandeng ‘gerobak’ besar yang bisa diubah menjadi kios untuk menggelar dagangannya. Setelah ‘gerobak’ tadi diparkir di lokasi, van penariknya lantas pergi dan diparkir di tempat lain agar tidak menyita area pasar. Ada pula pedagang yang menggelar tenda untuk memayungi kios dan barang dagangan mereka.

[caption id="attachment_409388" align="aligncenter" width="424" caption="Pasar tradisional di Kota Schiedam tetap eksis di antara supermarket dan minimarket, seperti Albert Heijn, Blokker, C&A, Kruidvat dan sebagainya, yang ada hampir di setiap kota di Belanda."]

1428759284781396004
1428759284781396004
[/caption]

Berbagai komoditi dijajakan di pasar mingguan ini, mulai dari sayuran, buah-buahan, ikan, daging, pakaian, bunga hingga asesoris gadget. Harga jualnya umumnya lebih miring dibandingkan barang-barang serupa yang dijual di supermarket, sehingga bisa menghemat pengeluaran untuk belanja bulanan.

[caption id="attachment_409389" align="aligncenter" width="424" caption="Di musim semi, bunga-bunga segar yang sedang mekar juga dijual di pasar ini."]

142875932534685601
142875932534685601
[/caption]

[caption id="attachment_409391" align="aligncenter" width="424" caption="Aktivitas jual beli ikan di salah satu kios pasar Kota Schiedam "]

1428759373663256661
1428759373663256661
[/caption]

Aktivitas pasar berlangsung hingga sekitar pukul 3 atau 4 sore. Tidak berbeda dengan pasar tradisional di Indonesia, sampah sisa-sisa pasar pun bertebaran. Meski demikian, menjelang pasar ‘tutup’, dinas kebersihan kota sudah siap dengan armadanya untuk menggasak semua sampah dan mengangkutnya untuk dibawa ke tempat pengolahan sampah.

Geliat pasar tradisional di negara maju seperti Belanda ini seakan mengingatkan bahwa tidak seharusnya pasar-pasar tradisional di Indonesia harus disisihkan keberadaannya. Menjamurnya mal, supermarket dan minimarket di Indonesia tetap harus dibarengi dengan peningkatan kualitas pasar tradisional, baik secara fisik maupun manajemen pelayanannya. Sempat terpikir, tentu akan menarik jika pasar-pasar di kota-kota di Indonesia, yang notabene mempunyai sejarah panjang, dikelola dengan baik, direnovasi tanpa menghilangkan nilai historisnya, dijaga kebersihannya dan dibina pedagangnya agar masyarakat tetap atau malah semakin tertarik berbelanja di pasar tersebut. Hingga akhirnya, para pedagang di pasar-pasar tradisional ini tetap mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan taraf kehidupannya melalui aktivitas perekonomian yang dilakukannya, bukan lantas tersingkir oleh mal maupun segala bentuk pasar modern lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun