Apa mau dikata, jika semuanya
Tenggelam dalam gaduh
Pohon-pohon iman yang tumbuh
tumbang dari hutan kalbu
Seperti lalat kehilangan hisap
Hidupnya tak lagi berputar normal
Kembang jadi kenangan pahit
di antara taburan debu berkarat
Kalau boleh bercermin,
Aku ingin jadi pantulan
Agar mengenali diri sendiri
Yang telah kehilangan kitab suci
Pagi tak bersayap
Keburu dijilat matahari
Sedangkan tubuh masih belum utuh
Menyusun percik- percik nikmat
Yang sejatinya adalah kiamat
Wahai Pa duka!
Kau telah menjadi raja
Dalam  kerajaan yang kau buat sendiri
Namun, otakmu hangus jadi asap kenalpot
Yang dirindukan makhluk modern
 di tengah virus corona
Yang menjadi hantu di tengah-tengah kota
Mari ke sini
Bersilalah dalam pangkuan ingatan
Bahwa dulu hati dan iman tak pernah saling
Berlalu
Bahwa rindu dan batu  pernah dipecahkan
Bersama
Walau di tengah godaan malaikat hitam
Berdirilah seperti alif
Dalam mengeja huruf demi huruf
Kehidupan
Pada akhirnya kau mampu
Merangkai kaligrafi
Seperti yang dilelang Gus Mus itu!
Madura,08/04/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H