Mohon tunggu...
Bare Kingkin
Bare Kingkin Mohon Tunggu... -

Writing, Reading, Learning, Seeing, Hearing and languages a holic.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Indonesia: Krisis Identitas

21 Januari 2014   16:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:37 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, negaraku. Negeri yang banyak penduduknya. Yang pandai-pandai dan memiliki penerus yang katanya bisa dibanggakan. Negeri yang layak untuk dikatakan: negara kaya.

Sekali lagi, Indonesia akulah pendukungmu.

Sekarang. Telah terjadi krisis indentitas di negeri ini. Sejak dulu memang di negeri ini sudah di landa masalah ini. Krisis indentitas. Meskipun banyak pemuda Indonesia yang menorehkan banyak prestasi di tanah air ini jejak dan bakat mereka tidak berkembang, bahkan kurang mendapatkan sorotan dari pemerintah.Kebanyakan yang mendapat sorotan pemerintah hanyalah anak-anak yang sudah direkomendasikan oleh orang yang sudah memiliki link, akibatnya perkembangannyapun tidak merata.

Krisis identitas, dimulai dari adanya dualisme yang kental, antara si miskin dan si kaya. Karena dari dulu mindset bangsa ini sudah dibentuk untuk mengkonsumsi dan bukan berproduksi, kebanyakan dari bangsa ini hanya sering malas-malasan saja. Si kaya mencoba membantu si miskin -maaf- lebih tepatnya orang yang kurang beruntung dengan cara yang tidak mendidik, mereka memperlihatkannya seolah-olah uang adalah segala-galanya, ini proses yang salah.

Krisis Identitas. Di Industri manapun, sekarang lebih mementingkan rating, dan respon masyarakat. Hal-hal yang tidak memiliki pesan positif dan kurang mendidik masyarakt Indonesia malah mendapat respon positif di khalayak. TV, Koran, Media masa, semua industri tersebut tidak mau rugi. Benefit. Sayangnya, keadaan mereka seharusnya mendidik rakyat kecil ini. Rakyat kecil yang lebih butuh uluran tangan berupa pendidikan dan lapangan pekerjaan, bukan malah menghambur-hamburkan uang di tengah acara yang demikian, itu kurang Indonesia, hanya mementingkan kepentingan jangka pendek.

Kasihanilah negera ini, negara yang krisis indentitas. Identitas negara bisa dilihat dari sebagian besar penduduknya, kenapa sebagian besar penduduk kita hanya suka huru-hara? tidak sukaakah mereka dengan ilmu pengetahuan yang akan meninggikan derajat mereka beberaa derajat? meskipun untuk menjalankan semua ini butuh yang namanya materi, seharusnya orang-orang yang lebih punya sadar, bukan uang yang berhamburan seperti itu yang mereka butuhkan. Inikah potret Indonesia sekarang? mau sampai kapan Indonesia seperti ini?

Krisis identitas ini terjadi bukan hanya diaspek dualisme progam-progam TV, dan media lain. Lebih dari itu, untuk menjadi negara yang maju dan memiliki identitas, kita harus "mature" bagaimana harus mature? berusaha, carilah ilmu sebanyak-banyaknya, gunakan ilmu itu untuk mendapatkan rizky yang halal, dan bukan dengan cara yang dilakukan beberapa orang sekarag, menghamburkan uang lewat sebuah acara yang dielu-elukan tanpa tujuan. Ideal apa-apaan ini.

"Ini bukan yang harus di blowup, masih banyak acara yang mendidik yang memunculkan orang-orang yang inspiratif untuk negara ini" anonim.

Sayangnya krisis ini tidak pernah berhenti, karena semua itu ada di tangan masyarakat.

Krisis identitas, diwarnai dengan acara tiru-tiru. Di nagara ini yang dianut itu yang sedang booming, meskipun tidak mendidik, yang kaum awam cuma bisa diam, pemeritah seharusnya membuat progam yang benar bagi masyarakat. Mereka pikir ini adalah tradisi yang perlu dibudayakan? na'as sekali negeriku.

Kasihan. Di mana-mana sedang mencari identitas diri dengan membuat progam yang aneh-aneh yang hanya mementingkan uang, popularitas, dan tanpa ada wacana mendidik, banyak sekali bully-bullyan yang seolah-olah hanya menunjukkan kepongahan mereka akan harta.

Sudah tidak tahu lagi, bagaimana akhir dari semua ini.

Ayolah pemimpin, tunjukkan karaktermu, tunjukkan kepemimpinanmu untuk membuat bangsa ini menjadi bangsa yang memiliki identitas yang baik, bukan indentitas semacam ini yang malah terkenal, identitas oplosan. Sunggugn rasanya miris, tapi masyarakat kebanyakan terlalu mencintai budaya yang kurang memberikan manffat positif bagi pemandangan hidup depan bangsa ini. Bukankan Indonesia ini sangat kaya raya akan sumber daya manusia? ayolah gerakkan Indonesia menjadi bangsa yang tidak asal-asalan njeplak seperti ini.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi di tengah masyarakat kita ini?

Tolonglah, teman-teman. Jangan membuat negara kita menjadi negara yang semakin krisis identitas gara-gara boomingnya acara-acara yang hanya menghadirkan kepongahan.

Banyak orang yang memiliki bakat tetapi di Indonesia tidak dipublikasikan, malah di luar sana anak-anak ini selalu dibanggakan. Selalu dihargai. Di sini yang dijunjung tinggi-tinggi adalah market pasar yang besar, semua mata duitan.

Di Australia bahasa Indonesia dijadikan kurikulum di sekolah menengahnya, di Suriname terdapat musium wayang bahkan sekolah bahasa jawa, karawitan, dan nyinden.

Di Indonesia sedang sibuk dengan goyang-goyangan yang katanya mendidik anak-anak kecil, padahal itu justru membuat pikiran anak kecil menjadi kerdil dan pendek.

Ayolah, selamat Indonesia kita.

Krisi ini harus segera berakhir.

Kita harus memiliki identitas yang kuat, dengan menghadirkan acara-acara yang mendidik, menghibur, dan menginspirasi orang-orang yang kurang beruntung untuk percaya, mereka pasti bisa. Bukan dengan cara yang seperti ini. Kenapa mereka masih saja mau menonton bahkan menjadi pelaku penggembira?

Andai saja budaya ini bisa berubah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun