Mohon tunggu...
Bagus R Santoso(Bara)
Bagus R Santoso(Bara) Mohon Tunggu... -

Ilmupertamax.blogspot.com Pengen Nulis, Pengen jadi Programmer, Pegawai serabutan(bukan perumpamaan).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Hal Ini Juga Dilakukan oleh Kompasianer?

18 Oktober 2016   19:44 Diperbarui: 18 Oktober 2016   19:51 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada salah kaprah di indonesia, jika memang banyak orang yang menganggap derajat yang tinggi dan kesuksesan itu sarat dengan ijazah. Dan Intelektualitas pada gelar yang disandangnya. Mungkin ini jadi bakal permasalahan, ketika sarjana yang baru lulus menyombongkan dirinya dan keilmuannya, menuntut gaji yang lebih dari lulusan SMA dan SMK. Terlebih lagi, mereka ini malah tertatih - tatih saat melaksanakan tugas yang diemban saat masuk ke dunia kerja dan tanpa malu mengatakan "maklum, masih anak baru."

Sejatinya mereka sangat terlatih untuk mengucapkan itu, karena sebenarnya mereka sudah melakukannya setiap hari pada saat kuliah berlangsung. Bayangkan saja, setiap hari pada setiap mata pelajaran, jika dibuat hitung - hitungan kasarnya perkuliahan setiap hari 4 jam dan dalam satu minggu mendapat 20 jam untuk kuliah. Dan dalam waktu satu bulan mempergunakan 80 jam untuk melakukan hal ini.

Bidang ini pun makin dikuasai mereka saat ujian tengah semester dan ujian semester berlangsung. Karena tanpa merasa bersalah selalu meminta bantuan pada orang lain. Pada akhirnya dia jadi seseorang yang super sekali karena membuat hampir seluruh teman sekelasnya melakukan hal serupa. Dan saat tugas dan presentasi menumpuk, mereka malah menggantungkan diri pada orang lain, dan mungkin saja menunggu menit - menit terakhir untuk melaksanakan tugasnya. Dengan alasan pertemanan mengajak teman - temannya bermain futsal, cangkru'an dan ngopi bersama. Menunda - nunda pekerjaan, itulah masalahnya. Tapi bukan hal tersebut yang ingin saya bahas kali ini, tetapi akibat dari hal ini sendiri.

 Kalian mungkin bertanya - tanya, apa gerangan yang saya bahas kali ini?

Ketika Seorang Mahasiswa tidak pernah serius dalam belajar, maka hal yang dilakukannya adalah menggantungkan diri kepada orang lain. Sebabnya adalah kemalasan dan ketidaktahuannya. Tapi bagaimana jika semua orang dalam sebuah kelompok belajar di suatu ruangan melakukannya secara bersama - sama DEMI LULUS DALAM MATA PELAJARAN TERSEBUT, tapi melakukannya DI SEMUA MATA PELAJARAN.

Semua orang terlibat, hampir seluruh kelas. Apa mungkin kelas yang lain juga melakukan hal serupa?

Saya cukup beruntung merasakan kuliah di tempat swasta. Melihat berbagai background di satu kelas membuat saya mengerti bahwa kejujuran itu hal yang langka. Saya pernah berkata pada mama saya tentang perkuliahan, beliau hanya berkata bahwa jika ingin kuliah, carilah ilmunya, bukan ijazahnya. Hal tersebut membekas dalam hati. Saya sadar saya bukan orang yang pintar, cenderung bodoh dan pelupa. Saya bahkan tidak bisa mengikuti pelajaran - pelajaran pada waktu perkuliahan berlangsung, terutama fisika dan matematika. Saya hanya tahu bahwa jika kejujuran itu tidak bisa ditukar dengan yang lainnya.

Lihatlah bahwa si Jujur ini nilainya asli dan murni. Membawa dampak bagi semuanya. Meskipun anda seorang, pemabuk, pencuri, ataupun koruptor, anda akan butuh seseorang untuk dipercayai untuk melaksanakan misi jahat anda. Terlebih lagi bagi seorang pemimpin, baik itu gubernur, bupati, lurah maupun camat. Meskipun anda seorang pecundang di dalam hidup anda. Seandainya anda tidak jujur, maka tidak ada lagi orang yang akan percaya pada anda.

Coba anda cari di google tentang Ibu siami, seorang ibu yang diusir dari kampungnya bersama anaknya karena melaporkan kejadian mencontek masal yang terjadi di sekolahnya. Itu adalah sebuah contoh yang benar - benar terjadi di Indonesia. Atau mungkin anda bisa mencari tentang Andri Rizki Putra, seorang anak yang drop out dari sekolahnya karena dimusuhi oleh semua temannya. Sebabnya tidak lain adalah karena tidak mau memberi contekan kepada teman - temannya.

Lihatlah bahwa kejujuran itu mahal harganya, tetapi saya melihat lingkungan saya yang di isi dengan hal serupa. Apa yang harus saya lakukan? Saya ingin belajar, bermimpi akan bertemu dengan orang - orang yang rela mengorbankan waktunya untuk mencari ilmu. Tetapi yang ada hanya saling contek yang bahkan menjadi hal yang lumrah. Jadi akhirnya saya berhenti, mungkin dengan ini saya akan menemukan jalan saya sendiri. Entah itu dari mana, mencoba untuk berusaha mencari pekerjaan yang lebih baik, belajar mengungkapkan ide - ide dengan tulisan yang saya buat.

Apakah kalian tahu bahwa jika kita membuat sebuah kebohongan, maka akan ada kesempatan lain untuk berbohong lagi, demi menutupi kebohongan pertama?

Dari analogi diatas, maka sebenarnya setelah kita melakukan sebuah keburukan, maka kita akan terseret untuk melakukan keburukan lainnya yang serupa. Dan ketika kita berada pada titik seudah terbiasa melakukan hal tersebut, maka hal itu akan menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan terbentuk karena kita melakukan suatu hal yang sama terus menerus, pertama kita akan merasa kaku dengan melakukan hal baru, lama - kelamaan kita menjadi terbiasa. Itu juga terjadi pada saat kita melakukan hal - hal tercela. Mungkin pertama kali kita akan merasa berdosa dan bersalah. Tapi, bagaimana jika melakukannya secara terus - menerus? Koruptor adalah pencuri, copet juga pencuri. Jadi jangan heran jika mungkin para koruptor itu sudah biasa dengan perbuatan jahat mereka karena mungkin mereka sudah lama melakukannya dari hal - hal kecil.

Saya Ingat ucapan mama saya, saya ingat kedua cerita diatas dan terlebih lagi saya ingat bahwa saya seorang muslim. Saya mungkin bukan orang yang benar - benar baik dan taat. Tapi saya tidak ingin berdiam diri dengan kebodohan saya. Sedikit demi seidikit kita harus berubah. Kejadian tahun lalu ini pada saat saya berusia 22 tahun di semester 1 dan 2 menjadikan saya tahu bahwa kita tidak bisa hanya mengikuti arus dan berdiam diri. Sekarang hanya kerja serabutan dan masa depan masih belum jelas. Mungkin saja salah satu dari mahasiswa yang mayoritas ini menjadi pegawai anda dan membawa lari uang anda. Siapa yang akan tahu?

Saya hanya merasa aneh melihat mencontek yang merupakan perilaku tidak jujur menjadi hal biasa. Mungkin Anda adalah salah satunya, mungkin teman - teman anda. Apa gunanya memiliki ijazah jika harga diri saja tidak punya. Apa gunannya jika anda tahu bahwa hasil keringat anda saat ini adalah hasil dari berbohong saat ujian, yang mana ijazah yang keluar merupakan ijazah yang palsu kejujurannya. Kalian yang muslim pasti mengerti bahwa uang hasil maksiat juga haram kan? jadi Apa gunanya jika mungkin akhirnya kita akan masuk neraka karena kita tidak pernah bersujud meminta maaf pada semuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun