Mohon tunggu...
Bagus R Santoso(Bara)
Bagus R Santoso(Bara) Mohon Tunggu... -

Ilmupertamax.blogspot.com Pengen Nulis, Pengen jadi Programmer, Pegawai serabutan(bukan perumpamaan).

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Aku Benci Kompasiana

16 Oktober 2016   16:17 Diperbarui: 16 Oktober 2016   18:07 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya sekedar menatap, dan mungkin tidak tahu harus melakukan apa. Beberapa kali saya lihat Kompasiana, beberapa kali juga berseliweran, sekali dapat recomendasi dari teman, tapi akhirnya setelah sekian bulan, hari ini saja masuk untuk menulusuri situs ini. Ketika sebuah burung ada di sangkar dan berkicau, dia mungkin berpikir bahwa dia adalah pemili suara terbagus sejagad raya. Sombong dan merasa bahwa dirinya adalah satu - satunya hewan yang bisa bernyanyi seindah itu. Sampai kemudian sang pemilik membawa sangkar miliknya untuk beradu di tempat para jawara lainnya menyombongkan diri. Kalut, sedih, marah, sumpah serapah pun jadi. Lontaran makian di tumpahkan burung ini untuk mereka dan untuk dirinya sendiri, berharap dulu berlatih lebih keras. Tapi apa daya semua sudah terlambat. Dia merasa terasing dan kalah, melihat hebohnya dunia di luar sangkarnya.

Itulah Kompasiana, sebuah panggung lokal yang tidak pernah terbayangkan akan sebesar ini, dengan ribuan bahkan ratusan ribu penulis, saya hanya merasa ingin mengunci diri saya sendiri di kamar, setelah merasa bahwa bakat satu - satunya milik saya hanya sekedar hal biasa bagi banyak orang.

"Coba pikirkan tentang hal di bawah ini,"

Saat memulai sesuatu, perlu adanya keberanian, bukan sebatas nekad yang mana memang jelas - jelas diperlukan tetapi juga mental yang benar - benar kuat.  Mungkin akan ada hujatan dan sebagainya, tapi memang dalam setiap hal dalam hidup selalu saja ada yang membenci dan mendukung. Bahkan untuk kasus sadis seperti pembunuhan, pasti ada seseorang di suatu tempat yang mungkin mendukung hal tersebut entah karena persamaan perasaan atau rasa dendam yang sama.

Langkah pertama, wajarlah semua bisa takut, ciut dan lari terbirit - birit. Tapi apa kita punya pilihan lain? Di luar sana akan banyak orang yang memiliki mimpi yang sama dengan anda, dan semua orang memiliki ketakutan yang sama. Jangan sebal bila anda kalah dalam satu babak, karena akan ada ratusan ribu bahkan jutaan babak baru yang bisa anda menangkan. Hidup tidak akan berakhir hanya karena satu kesempatan telah mati.

Mari coba untuk berpikir, "bila semua orang memiliki mempi yang sama, apa yang menjadi pembeda?"

Hasrat, seperti saat seorang laki - laki memiliki ketertarikan pada wanita, atau seperti orang - orang yang menjadi sangat pintar di bidang yang digelutinya, hasrat menjadi kunci utama. Kecintaan kita pada suatu hal menjadikan kita berani untuk mengorbankan hal yang tidak perlu dan mengurangi hal yang tidak penting. Tak masalah dengan haters, Haters Always Hate. Banyak yang iri dengan keadaan diri kita seperti kita yang iri dengan keadaan mereka. Dalam peribahasa yang sudah dikenal hampir semua orang, RUMPUT TETANGGA SELALU LEBIH LEBIH HIJAU DARI RUMPUT RUMAH SENDIRI. Awas saja, mungkin perselingkuhan bisa terjadi, karena tidak puas dengan pasangan sendiri. Hal yang sama berlaku pada Hasrat kita terhadap mimpi kita masing - masing. Iri dengan hasil yang didapat orang lain dan lupa bahwa kita masih memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh yang lainnya.

Sebenarnya tulisan ini ingin saya representasikan pada kompasiana, "KOMPASIANA, AKU MEMBENCIMU!!"

I BENCI KOMPASIANA, karena gara - gara kompasiana saya tahu saya cuma butiran debu diantara berlian. Karena gara - gara kompasiana saya tahu saya hanya orang normal, bukan seseorang yang spesial. Karena gara - gara kompasiana saya tahu saya harus bekerja lebih berat dan lebih keras, membaca lebih lama, mengurangi waktu tidur, bersantai, melamun,  agar bisa bersanding dengan penulis - penulis dengan pena. 

Tapi rasa ingin tahu milik saya sudah tidak terbendung lagi, ingin merasakan bersama mereka yang ada di atas. Tidak ada pilihan selain terus maju. Rasa ingin tahu ini membuat saya berfikir bahwa saya ini bukan debu, dan mereka juga bukan berlian. Kalian hanyalah pohon yang sudah besar dan tua, sedangkan saya hanya tunas yang baru muncul dan stelah 10 tahun ditanam.

TERIMA KASIH KOMPASIANA, tidak tahu lagi bagaimana harus berterima kasih, karena ada situs untuk kebebasan berekspresi, bereksperimen, bebas dan sejatinya tempat untuk berkumpul dengan mereka yang memiliki hasrat yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun