Mohon tunggu...
Pasu Sibarani
Pasu Sibarani Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan

NIM: 55522120006 - Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Kesadaran David R. Hawkins dan Jeff Cooper pada Upaya Wajib Pajak untuk Memperbaiki SPT

30 Mei 2024   12:52 Diperbarui: 30 Mei 2024   13:00 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hawkins; Levels of Consciousness

David R. Hawkins; Kinesiologi, Power vs Force dan Peta Kesadaran

David R. Hawkins adalah seorang psikiater, penulis dan pembicara terkenal di bidang kesadaran spiritual dan psikologi. Hawkins dikenal karena kontribusinya dalam mengembangkan konsep peta kesadaran dan kalibrasi tingkat kesadaran dalam menggunakan kinesiologi, sebuah metode yang mempelajari gerakan manusia yang efisien dan efektif. Kinesiologi digunakan sebagai alat untuk mengkalibrasi tingkat kesadaran, dia percaya bahwa respon otot dapat digunakan untuk mengakses kebenaran dan mengukut energi dari bebragai konsep, ide atau objek.

Hawkins menulis beberapa buku yang populer di kalangan mereka yang tertarik pada pengembangan diri dan spiritualitas. Salah satu bukunya yang paling terkenal adalah "Power vs Force: The Hidden Determinants of Human Behavior" dimana Hawkins menjelaskan mengenai teori kalibrasi kesadaran. Hawkins membedakan antara "power" (Kekuatan sejati) dan "force" (kekuatan paksaan). "Power" berasal dari kesadaran yang lebih tinggi dan bersifat konstruktif, mendukung dan harmonis. Sebaliknya, "force" berasal dari tingkat kesadaran yang lebih rendah dan bersifat destruktif, mendominiasi dan memecah belah.

Hawkins juga memperkenalkan konsep "peta kesadaran" yang merupakan skala numerik dari 1 hingga 1000 yang mengukur tingkat kesadaran atau pencerahan spiritual. Skala tersebut digunakan untuk menilai tingkat energi positif dan negatif dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Angka yang lebih tinggi menunjukkan tingkat kesadaran yang tinggi. Pada Skala ini, nilai di bawah 200 dianggapo negatif dan merusak. Misalnya, tingkat kesadaran rasa malu ada di sekitar 20, rasa bersalah di 30, dan cinta di 500. Tingkat tertinggi, yaitu 1000, mewakili pencerahan penuh. Hawkins menekankan bahwa emosi dan pikiran kita memiliki pengaruh besar terhadap tingkat kesaadaran kita. Emosi negatif seperti rasa takut, marah dan kebencian menurunkan tingkat kesadaran, sementara emosi positif seperti cinta, kedamaian dan penerimaan meningkatkan kesadaran.

Hawkins; Levels of Consciousness
Hawkins; Levels of Consciousness

Salah satu tujuan utama dalam ajaran Hawkins adalah untuk melampaui ego dan mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Ego seringkali terkait dengan identifikasi diri yang terbatas dan ilusi, yang menghalangi kita dari memahami dan mengalami kebenaran dan kedamaian sejati.. Hawkins percaya bahwa setiap individu memiliki potensi untuk mencapai pencerahan spiritual, yang merupakan kesadaran akan realitas ilahi dan universal. Proses ini melibatkan pengampunan, penerimaan dan cinta tanpa syarat. Kesadaran individu menurut Hawkins memiliki dampak pada kesadaran kolektif. Semakin banyak dampak individu yang mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi, semakin besar dampak positif yang akan terjadi pada masyarakat dan dunia secara keseluruhan.

Meskipun banyak yang menganggap karya Hawkisn sebagai karya yang inspiratif dan transformatif, beberapa pendekatannya khususnya penggunaan kinesiologi untuk mengukur tingkat kesadaran, menerima kritik dari komunitas ilmiah karena kurangnya bukti empiris yang mendukung teori tersebut. 

Jeff Cooper, Color Code of Mental Awareness

Jeff Cooper's Color Coded Awareness Levels
Jeff Cooper's Color Coded Awareness Levels
Jeff Cooper, adalah sorang tokoh dalam bidang pelatihan senjata api dan taktik pertahanan diri yang sangat berpengaruh dalam prinsip-prinsip dasar penanganan senjata api. Cooper bertugas dalam korps marinir Amerika Serikat selama Perang Dunia II dan Perang Korea. Pengalamannya dalam militer sangat mempengaruhi pandangan Cooper tentang taktik pertahanan diri.

Cooper menulis banyak buku dan artikel tentang senjata api dan taktik pertahanan diri, termasuk "Modern technique of the pistol", "The art of the rifle", "Principles of Personal Defense" dan "To Ride, shoot straight and speak the truth".

Cooper mengembangkan sistem "color coded of mental awareness" yang membantu individu meningkatkan kesadaran situasional mereka. Sistem ini terdiri dari lima tingkat, yang masing-masing menunjukkan tingkat kesiapsiagaan yang berbeda:

  • White (Puith) : Tidak waspada, dalam keadaan santai dan tidak siap menghadapi ancaman. Kondisi ini dianggap berbahaya jika berada di tempat atau situasi yang tidak aman.
  • Yellow (Kuning) : Waspada, tetapi santai. Sesorang dalam kondisi ini sadar akan sekelilingnya dan siap untuk bertindak jika diperlukan. Ini adalah tingkat kesadaran yang Cooper rekomendasikan sebagai kondisi normal untuk beraktivitas sehari-haro, terutama di tempat umum.
  • Orange (Jingga) : Waspada terhadap ancaman spesifik. Sesorang dalam kondisi ini telah mengidentifikasi sesuatu yang tampak salah atau mencurigakan dan siap untuk bertindak jika ancaman tersebut menjadi nyata.
  • Red (Merah) : Tindakan sedang berlangsung atau ancaman langsung seedang dihadapi. Pada tingkat ini, seseorang siap dan berkomitmen untuk bertindak terhadap ancaman yang sudah jelas.
  • Balck (Hitam) : Panik, tidak dapat bertindak, terkejut dan  lengah. 

Cooper sangat menekankan pentingnya kesiapan mental dalam situasi pertahanan diri. Dia percaya bahwa kemampuan untuk bertindak dengan tegas dan cepat dalam situasi berbahaya sebagian besar bergantung pada kesiapan mental sesorang. Termasuk kemampuan untuk tetap tenang, fokus dan mengambil keputusan yang cepat dan tepat di bawah tekanan. 

Sistem kode warna dan prinsip-prinsipnya memberikan kerangka kerja yang jelas dan praktis bagi individu untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi situasi berbahaya.

SPT ; Menukil Pemikiran Hawkins & Cooper

Dalam upaya membetulkan atau memperbaiki SPT, Wajib Pajak bisa memanfaatkan konsep kesadaran dan kewaspadaan dari kedua tokoh ini. Berikut adalah cara mengintegrasikan pemikiran mereka dalam konteks perpajakan.

Dalam peta kesadaran, wajib Pajak yang berada pada tingkat kesadaran yang lebih tinggi cenderung bersikap jujur, transparan dan bertanggung jawab. Mereka memahami pentingnya membayar pajak dengan melaporkan SPT dengan benar untuk kebaikan bersama. Wajib Pajak juga dapat meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya kepatuhan pajak melalui edukasi, pelatihan dan pemahaman tentang dampak positif dan manfaat pajak terhadap masyrakat.

Dalam "color code of mental awareness" situasi Wajib Pajak dapat diketahui sebagai berikut:

  • White: Wajib Pajak dalam keadaan ini tidak menyadari kewajiban mereka atau adanya potensi kesalahan dalam SPT. Ini bisa berbahaya karena ketidaksadaran dapat mengarah pada ketidakpatuhan.
  • Yellow: Wajib Pajak waspada dan menyadari pentingnya memeriksa kembali SPT. Mereka rutin memantau informasi dan peraturan pajak untuk memastikan kepatuhan.
  • Orange: Wajib Pajak telah menemukan kesalahan atau ketidakakuratan dalam SPT mereka. Mereka mempersiapkan diri untuk mengambil tindakan korektif.
  • Red: Wajib Pajak aktif melakukan pembetulan/ perbaikan SPT mereka. Mereka mungkin bekerja dengan konsultan pajak atau menggunakan alat bantu untuk memastikan bahwa semua informasi dilaporkan dengan benar.
  • Black: Wajib Pajak dikenakan sanksi atas kesalahan pengisian SPT

Kesadaran dan kewaspadaan adalah konsep penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam kewajiban perpajakan. Hawkins dan Cooper memberikan pandangan berharga tentang bagaimana kesadaran dapat diterapkan untuk meningkatkan kepatuhan dan integritas dalam pelaporan pajak. Mengintegrasikan pemikiran kesadaran dapat membantu Wajib Pajak dalam memperbaiki SPT dengan lebih efektif. 

Misalnya Wajib Pajak bernama Budi Karya menyampaikan SPT Tahunan untuk tahun pajak 2023. Setelah beberapa bulan, Budi menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan dan melaporkan penghasilannya secara tidak akurat, di mana beberapa pendapatan dari sumber tertentu belum dilaporkan. Budi khawatir hal ini dapat menyebabkan masalah dengan DJP dan merasa perlu untuk segera menyampaikan pembetulan SPT.

Budi kemudian mulai meningkatkan kesadarannya tentang pentingnya pelaporan pajak yang benar. Budi memahami bahwa melaporkan pajak dengan jujur adalah tanggung jawab moral dan sosial. Buli mulai membaca buku, mengikuti sosialisasi dan seminar tentang pajak, yang meningkatkan pemahaman dan kesadarannya tentang pentingnya transparansi dan kejujuran dalam pelaporan pajak.

Budi mengakui kesalahannya tanpa meras terancam atau malu. Dia melihat koreksi SPT sebagai langkah positif untuk memperbaiki kesalahan dan bertanggung jawab atas tindakannya. Hal tersebut membantunya melepaskan ego dan melihat proses pembetulan SPT sebagai sebuah pembelajaran.

Awalnya, Budi berada dalam kondisi "putih" ketika dia tidak menyadari ada kesalahan dalam SPT. Namun, setelah memahami pentingnya kewaspadaan dia berusaha meningkatkan kesadaran situasionalnya.  Setelah mengikuti sosialisasi dan seminar serta membaca lebih banyak tentang peraturan perpajakan, Budi memasuki kondisi "kuning" di mana dia menjadi lebih waspada dan memperhatikan setiap detail yang ada dalam SPT-nya. Budi secara aktif memantau informasi terbaru dan memahami pentingnya melaporkan SPT scara akurat.

Saat menemukan kesalahan dalam SPT yang disampaikan, Budi memasuki kondisi "Orange". Dia mengidentifikasi masalah secara spesifik dan mempersiapkan diri untuk mengambil tindakan korektif. Budi mengumpulkan semua dokumen, catatan dan informasi yang diperlukan untuk memperbaiki kesalahan tersebut.

Budi pada saat memulai proses penyampaian pembetulan SPT, memasuki kondisi "merah". Dia berkomitmen untuk menyelesaikan perbaikan SPT dengan benar dan secepat mungkin. Budi kemudia menghubungi konsultan pajak untuk memastikan semua langkah diambil dengan tepat.

Dengan menggunakan konsep pemikiran kesadaran dari David R. Hawkins dan Jeff Cooper, Budi Karya dapat memperbaiki SPTnya dengan lebih efektif dan efisien. Peningkatan kesadaran dan pengakuan kesalahan membantu Budi melihat perbaikin tersebut sebagai langkah positif, sementara kewaspadaan dan kesiapsiagaan mental memastikan bahwa dia dapat bertindak dengan cepat dan tepat. Integrasi kedua pendekatan ini tidak hanya membantu Budi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dengan lebih baik, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kepatuhan dan integritas dalam sistem perpajakan secara keseluruhan.

Penggunaan pemikiran David R. Hawkins dan Jeff Cooper dalam konteks penyampaian SPT adalah pendekatan yang inovatif dan bermanfaat. Pendekatan ini dapat memberikan kerangka kerja yang holistik  dan terintegrasi untuk meningkatkan kesadaran kewaspadaan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan mereka. Wajib Pajak lebih mungkin untuk berkomitmen pada proses perbaikan dan belajar dari kesalah mereka, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pelaporan pajak di masa yang akan datang.

Dengan memahami peta kesadaran HAwkins, Wajib Pajak dapat menyadari pentingnya integritas dalam melaporkan pajak. Ini akan mendorong kepatuhan secara berkelanjutan. Peningkatan kesadaran dapat mendorong Wajib Pajak untuk bertindak lebih etis dan bertanggung jawab. Wajib pajak akan lebih memahami dampak positif dari kepatuhan pajak terhadap masyarakat dan negara. Mengatasi ego dan mengakui kesalahan adalah langkah penting dalam memperbaiki SPT. Wajib Pajak lebih mungkin untuk melihat perbaikan sebagai langkah positif daripada sebagai ancaman terhadap harga diri mereka. 

Penggunaan sistem kode warna Cooper membantu Wajib Pajak menidentifikasi tingkat kesadaran mereka terhadap kewajiban perpajakan. Ini akan membantu Wajib Pajak untuk tetap waspada dan siap bertindak jika ada kesalahan atau masalah yang muncul. Dengan memahami kapan harus beralih dari satu tingkat kesadaran ke tingkat lainnya, Wajib Pajak dapat merespon kesalahan dengan cepat, efektif dan efisien. 

Prinsip-prinsip seperti kewaspadaan, ketegasan dan kecepatan sangat relevan dalam konteks pembetulan SPT. Wajib Pajak didorong untuk segera mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan tanpa menunda aksi. Menghadapi proses perbaikan kesalahan dengan tenang akan membantu meastikan bahwa semua langkah diambil dengan benar dan mengurangi kesalahan tambahan.

Pendekatan yang menggabungkan pemikiran Hawkins dan Cooper menawarkan cara komprehensif dan efektif untuk meningkatkan kepatuhan dalam pelaporan pajak. Dengan meningktkan kesadaran etis dan kewaspadaan situasional, Wajib Pajak dapat lebih proaktif dalam memenuhi kewajiban perpajakan mereka.

Meskipun demikian, ada beberapa kritik atas penerapan penggunaan konsep pemikiran tersebut dalam konteks perpajakan. Peta kesadaran Hawkins cukup abstrak dan filosofis, sehingga mungkin sulit untuk diterapkan secara praktis. Wajib Pajak sangat mungkin kesulitan dalam memahami dan menginternalisasi konsep tersebut. Pendekatan Hawkins juga banyak berfokus pada peningkatan kesadaran dan transformasi spiritual, yang bisa jadi kurang konkret di mana Wajib Pajak mungkin lebih memerlukan panduan praktis dan langka spesifik. Peningkatan kesadaran adalah proses panjang yang membutuhkan waktu dan dedikasi. Hal ini mungkin akan tidak sesuai dengan kebutuhan Wajib Pajak yang memerlukan solusi cepat dan praktis.

Sedangkan penerapan sistem color code Cooper  bisa dianggap terlalu militeristik dan kurang sesuai dengan sifat administratif dari pelaporan pajak. Konsep kode warna juga bisa dianggap terlalu sederhana untuk menangani kompleksitas laporan pajak yang membutuhkan perhatian detail dan pengetahuan yang mendalam.

Referensi

David R. Hawkins (2020) The Map of Consciousness Explainde: A proven Energy Scale to Actualize Your Ultimate Potential. 

Ivan Antic (2018) Samadhi: Unity of Consciousness and Existence (Existence-Consciousness0Bliss)

Jeff Cooper (2006) The Principles of Personal Defense

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun