Mohon tunggu...
Bapakne Yasser
Bapakne Yasser Mohon Tunggu... Human Resources - Wiraswasta

Pemerhati kesehatan mental

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tenggelamnya Nalar Sang Penyintas

15 Oktober 2024   20:45 Diperbarui: 15 Oktober 2024   21:06 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika sang surya meredup kutapaki jalan gelap berliku

Meraba dan mengusap agar kukenal material alam untu menuju jalan pulang

Dan sepertinya angin semilir menemaniku dan menggaungkan suara petunjuk

Seolah menerka aku adalah domba yang tersesat jalan

Belantara bentang alam ini tidak seberapa menyurutkanku, tapi belantara hati ini ternyata lebih kelam dan lebih lebat

Terantuk dan terjatuh dalam kelana panjang  perjalanan berkali kulalui

Sampai saat kadang terjerembabnya ketika terjatuh merasakan sakit yang perlu waktu untuk membiaskannya

Bahkan sang nalar yang jadi pemanduku mengaku menjadi rapuh karenanya

Tapi sepertinya rasa sakit itu perlahan menghentakkan obat secara perlahan

Menggerakkan tanpa aturan dan perintah seperti saat sang nalar membimbingku

Tapi bisakah aku bisa melihat tanpa mata dan mendengar tanpa kuping

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun