Ketika sang surya meredup kutapaki jalan gelap berliku
Meraba dan mengusap agar kukenal material alam untu menuju jalan pulang
Dan sepertinya angin semilir menemaniku dan menggaungkan suara petunjuk
Seolah menerka aku adalah domba yang tersesat jalan
Belantara bentang alam ini tidak seberapa menyurutkanku, tapi belantara hati ini ternyata lebih kelam dan lebih lebat
Terantuk dan terjatuh dalam kelana panjang  perjalanan berkali kulalui
Sampai saat kadang terjerembabnya ketika terjatuh merasakan sakit yang perlu waktu untuk membiaskannya
Bahkan sang nalar yang jadi pemanduku mengaku menjadi rapuh karenanya
Tapi sepertinya rasa sakit itu perlahan menghentakkan obat secara perlahan
Menggerakkan tanpa aturan dan perintah seperti saat sang nalar membimbingku
Tapi bisakah aku bisa melihat tanpa mata dan mendengar tanpa kuping
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H