Mohon tunggu...
Yayok Haryanto
Yayok Haryanto Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Petani yang lagi belajar utk jadi pemulia tanaman edamame/kedelai Jepang, suka baca. Paling tersentuh kalau membaca dan mendengar kisah perjuangan meraih sukses seseorang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pak Kades Rangkat Kena Batu, Batunya Belum Kena

9 Desember 2010   15:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:52 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_79291" align="aligncenter" width="294" caption="Akupuntur,  "Siksaan" yang Menyembuhkan"][/caption]

Berita mengenai masuknya pak Kades ke rumah sakit masih simpang siur, seawam masyarakat mengenal 2 methode yang berbeda dalam penanganan/ tindakan kuratif terhadap pasien. Pendekatan pertama, adalah pengobatan gejala/sakit yang dirasakan, pendekatan yang lebih tepat adalah pengobatan berdasarkan penyebab penyakit.

Nyeri perut luar biasa yang dialami Pak Kades,  mirip gejala orang yang terkena gangguan lambung. Pengobatan yang pertama, adalah mengatasi nyeri, yang kedua sembari menunggu hasil test darah dan USG dilakukan pengobatan untuk gastritis kronis. Di rumah sakit 4 hari dengan infus dan antinyeri yang rutin, maka gejala nyeri yang dialami tidak ada lagi, sehingga 4 hari kemudian boleh pulang.

Setelah sehari di rumah, timbul lagi nyeri yang luar biasa, sehingga Pak Kades mengambil inisiatif untuk berobat non medis (akupuntur), ternyata, jam 9 mulai sakit, dan bahkan tetap nyeri setelah titik akupuntur pencernaan di tusuk jarum. Nyeri ini makin tidak tertahankan, hingga jam 01.30 Pak Kades pindah kembali ke perawatan medis. Uniknya, karena menjomblo, pak Kades naik motor sendiri, baik berangkat, maupun pindah rumah sakitnya.

Dua hari di ruangan kelas 3, gejala nyeri sudah sangat menurun. Dan saat mendapatkan ruangan utama yang sendirian, sejak jam 8 malam, kembali ada nyeri hebat, bahkan setelah injeksi anti nyeri. Akhirnya diduga Pak Kades mengalami Psikosomatis.  Terpaksa, bersabar menahan nyeri, hingga jam 4 pagi, perawat sedang tidur, dan Pak Kades berjalan menuju IGD, tempat dokter jaga, tentu saja tindakan ini salah. Untuk mendapatkan pelayanan dokter jaga, harus melalui perawat.

[caption id="attachment_79293" align="aligncenter" width="448" caption="Tersenyum apa Meringis Menahan Nyeri ?"]

129191060815729616
129191060815729616
[/caption] Jam 04.30 pasca sholat subuh, akhirnya dengan hati-hati Pak Kades menelpon perawat : " Maaf, suster, penyebab penyakit saya kan belum terdiagnosa, mohon untuk dipanggilkan dokter jaga, mumpung saya sedang kambuh". Kemudian perawat memasuki kamar Pak Kades sambil membawa tensimeter, dan alangkah terkejutnya suster karena tensi Pak Kades saat itu 180/110. Akhirnya dokter jaga datang dan diyakini ada sesuatu yang menimbulkan nyeri dari ureter yang sejajar lambung.

Kemudian di USG sore harinya, sehingga nampak pembengkakan ginjal dan sumbatan di ureter. Akhirnya, pengobatan lambung dipadukan dengan pengobatan batu ginjal. Besoknya dipersilahkan rawat jalan. Mahal banget obatnya, mencapai 600 ribuan. Dan episode menunggu luruhnya batu, merupakan episode yang mendebarkan sekaligus menyakitkan, dan obat peluruh batu merangsang BAK yang tidak bisa ditahan. Sedangkan pekerjaan tidak bisa menunggu lagi.

Akhirnya ada masukan, bahwa seorang sarjana keperawatan (mantri kesehatan praktik swasta) punya track bagus untuk peluruhan kencing batu. Sehingga, selasa malam Pak Kades mencoba, murah banget, paket rawat jalan seminggu plus injeksi gempur batu, cuman 40 rb. Pagi tadi sudah mulai berkeringat normal, setelah sarapan dan setelah mandi pagi. Alhamdulillah, tugas memantau kerjasama bisa dikerjakan dan foto-foto langsung dilaporkan via email.

[caption id="attachment_79288" align="aligncenter" width="448" caption="Mengawali Pekerjaan"]

12919074641960940175
12919074641960940175
[/caption]

Mohon support do'a agar sebelum tahun baru, sang batu rela meninggalkan kehangatan tubuh Pak Kades. Thanks untuk seluruh support dan doanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun