Mohon tunggu...
Yayok Haryanto
Yayok Haryanto Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Petani yang lagi belajar utk jadi pemulia tanaman edamame/kedelai Jepang, suka baca. Paling tersentuh kalau membaca dan mendengar kisah perjuangan meraih sukses seseorang.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar Menjalani Penderitaan Hidup dari Seekor Burung Hantu (Posting Ulang)

29 Juli 2010   10:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:29 2676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tertegun, melihat burung langka di teras saudara sepupuku.Dia nangkring di atas sebatang patahan ranting jati , sedangkan kakinya terikat benang kasur.Dia ditemukan sebagai 2 bersaudara di lubang dahan pohon, di Dusun Sumuran, Desa Ajung, Kecamatan Ajung Kabupaten Jember. Lalu dibeli dan dibawa ke Dusun Karputih, Desa Mangaran, Kabupaten Situbondo, sekitar 50 km ke utara lokasi penemuannya

Umurnya masih muda dan dipaksa menerima suasana yang tidak menyenangkan. Burung hantu kecil, si burung malam, di pajang bagaikan burung parkit. Burung pertama telah wafat. Kuperhatikan kondisi burung kedua, pasti dia bersedih dan akan menyusul  kematian saudaranya.

Ternyata................................

Lihatlah ekspresi, burung hantu kecil, lambang kebijaksanaan, saat diberi ikan kecil.... Terpejam dia makan, menikmati anugerah Allah yang tiada tara.........Tidak peduli kakinya yang terikat benang dan tidak peduli dia ditimpa musibah, jauh dari orang tua dan dirampas kemerdekaannya...........

Dia nampak tidak mempedulikan hiruk-pikuk kemesuman video artis......Dia tidak nampak ikut memikirkan nasib korban lumpur Lapindo....

isu kurang tegasnya SBY.....skandal Century.........Pro kontra Mbak Sri Mulyani.........Mafia Kasus........Rekening Jenderal.....Malasnya anggota dewan..........

Benarkah Burung bijak ini tidak peduli terhadap semua kejadian yang menimpa bangsa ini ? Bukankah bijak, artinya berfikir secara universal, dalam skala dan proporsi yang pas serta  posisi yang tepat. Dalam kesedihan, kemarahan, pemberontakan dan perang, manusia bijak, tetap membawa manfaat dan kebaikan bagi umat manusia dan lingkungan hidup.

Lihatlah matanya saat kutanya, " Adik (burung hantu kecil), tidakkah kau ikut prihatin terhadap nasib bangsa ini ?" Dia terbelalak, tertegun oleh pertanyaanku yang sangat serius. Ekspresi matanya menunjukkan kepekaan, kecerdasan dan keluasan pola pikirnya. Dia bukan pengantuk, seperti Anggota dewan yang loyo memperjuangkan nasib rakyat yang diwakilinya. Anggota dewan yang sangat perhatian terhadap kemakmuran dan kemegahan gedungnya. Anggota dewan yang tidak mau membantu Presiden untuk memenuhi janjinya.

Matanya tiba-tiba meredup, dia menunduk, dan menjawab, sambil tetap menggenggam ikan kecil-rejeki nomplok yang dia terima bagai hidangan dari langit 'Al Maidah', Jamuan Langit, yang sering diberikan Nabi Isa as untuk sahabat-sahabat dekatnya, Al Hawariyyun,

" Tentu saja kami bersedih dan berdoa untuk bangsa ini mas ! Kami memang hewan liar, tapi kami punya naluri dan kepatuhan untuk menjalankan peran masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun