Ternyata................................
Lihatlah ekspresi, burung hantu kecil, lambang kebijaksanaan, saat diberi ikan kecil.... Terpejam dia makan, menikmati anugerah Allah yang tiada tara.........Tidak peduli kakinya yang terikat benang dan tidak peduli dia ditimpa musibah, jauh dari orang tua dan dirampas kemerdekaannya...........
Dia nampak tidak mempedulikan hiruk-pikuk kemesuman video artis......Dia tidak nampak ikut memikirkan nasib korban lumpur Lapindo....
isu kurang tegasnya SBY.....skandal Century.........Pro kontra Mbak Sri Mulyani.........Mafia Kasus........Rekening Jenderal.....Malasnya anggota dewan..........
Benarkah Burung bijak ini tidak peduli terhadap semua kejadian yang menimpa bangsa ini ? Bukankah bijak, artinya berfikir secara universal, dalam skala dan proporsi yang pas serta posisi yang tepat. Dalam kesedihan, kemarahan, pemberontakan dan perang, manusia bijak, tetap membawa manfaat dan kebaikan bagi umat manusia dan lingkungan hidup.
Lihatlah matanya saat kutanya, " Adik (burung hantu kecil), tidakkah kau ikut prihatin terhadap nasib bangsa ini ?" Dia terbelalak, tertegun oleh pertanyaanku yang sangat serius. Ekspresi matanya menunjukkan kepekaan, kecerdasan dan keluasan pola pikirnya. Dia bukan pengantuk, seperti Anggota dewan yang loyo memperjuangkan nasib rakyat yang diwakilinya. Anggota dewan yang sangat perhatian terhadap kemakmuran dan kemegahan gedungnya. Anggota dewan yang tidak mau membantu Presiden untuk memenuhi janjinya.
Matanya tiba-tiba meredup, dia menunduk, dan menjawab, sambil tetap menggenggam ikan kecil-rejeki nomplok yang dia terima bagai hidangan dari langit 'Al Maidah', Jamuan Langit, yang sering diberikan Nabi Isa as untuk sahabat-sahabat dekatnya, Al Hawariyyun,
" Tentu saja kami bersedih dan berdoa untuk bangsa ini mas ! Kami memang hewan liar, tapi kami punya naluri dan kepatuhan untuk menjalankan peran masing-masing.