Mohon tunggu...
yogi wirawan bapae
yogi wirawan bapae Mohon Tunggu... -

suka memperhatikan kehidupan dan membaca sifat sifat manusia dalam skala personal maupun komunal. Di komunitas pedalungan, seorang dewasa biasa dipanggil dengan nama anak pertamanya, jadi Bapae Ogi adalah nama saya sekarang, sedang nama kedua saya adalah Bapae Dido.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mendobrak Hegemoni Partai Politik melalui Pilgub Jakarta

22 Juli 2011   09:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:28 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keruwetan Partai Demokrat saat ini semakin membuka mata kita pada busuknya perpolitikan tanah air. Tidak ada satupun partai di Indonesia yang layak dipercaya dan dipilih. Semua partai hanya mementingkan kekuasaan, penguasaan harta negara untuk kepentingan kelompoknya demi merebut dan melanggengkan kekuasaan. Dicelah-celahnya adalah para oportunis yang menumpang partai mendulang proyek proyek pemerintah demi memperkaya pribadi. PKS dengan kasus Misbakhun, penguasaan impor sapi dan gugatan Bapak Yusuf Supendi, PKB dengan pertengkaran Cak Imin dan Mbak Yenni, PDIP yang bagai perusahaan keluarga, Golkar dengan kisah orde baru, mafia pajak via Gayus, dosa-dosa Ical di Lapindo.  Secara umum tidak ada satupun partai yang anggota dewan nya atau bupati - walkot dan gurbernur nya lepas dari kasus korupsi. Masa depan politik Indonesia masih suram karena partai politik yang kotor dikuasai oleh orang-orang yang dedikasinya pada uang semata. Kasus-kasus yang muncul di pemberitaan hanyalah puncak gunung es yang nongol di permukaan lautan. Sedangkan bongkahan badan gendutnya tersembunyi, praktek-praktek kotor masih berlangsung di segala lini dan lapisan dari partai-partai politik Indonesia. Bagaimana mengakhirinya  ? Revolusi atau reformasi nampaknya tidak bisa diharapkan, selain darah-darah anak muda yang akan tertumpah. Agama yang diharapkan dapat menjadi obat jiwa nampaknya masih kalah pesona dengan harta, bahkan Agama telah difungsikan sebagai kedok, pengumpul suara atau sekedar pencuci muka dari dosa untuk siap siap bikin dosa baru. Ada harapan baru dengan mem-by pass kekuasaan partai-partai politik melalui pemilihan kepala daerah jalur independen. Beberapa daerah sudah mencoba nya, seperti Surabaya pada pilkada yang lalu. Sayangnya upaya itu masih belum berhasil, mesin partai melalui kekuasaan uang dan media massa masih terlalu digdaya. Sekarang tantangan bergulir pada rakyat Jakarta. Bisakah mewujudkan perjuangan semesta melalui pilkada Jalur Independen ? Faisal Basri yang saya kenal melalui tulisan-tulisannya di kompasiana bersedia mencalonkan diri melalui jalur independen. Secara idea dan kemampuan nalar Faisal tidak perlu diragukan lagi, tapi mampukah dia mengurai keruwetan Jakarta yang sekusut lalu lintasnya. Keraguan ini harus dijawab oleh visi-visi yang jelas dari Faisal dan mengkomunikasikan nya secara tepat pada rakyat Jakarta hingga lapisan terbawah. Penguasaan media massa oleh pemilik modal yang berafiliasi dengan partai-partai politik menjadi tantangan untuk dikalahkan. Citizen Journalistik, terutama melalui media-media populer semacam facebook dan twitter diharapkan mampu melawan. Sekalipun media ini hanya menyentuh kelompok intelektual level menengah keatas, tetapi semangatnya bisa ditularkan pada lapisan-lapisan yang lain. Kalau memang disepakati untuk bersama melawan hegemoni partai, ini akan menjadi tugas mulia para kompasianer untuk menggaungkan semangat ini secara bersama-sama di semua lini. Melalui tulisan kita berjuang mencerahkan pemikiran, mendobrak hegemoni partai yang untuk sementara belum ada yang bisa dipercaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun