Padahal kita tahu, bahwa Putri Indonesia 2001 Angelina Sondakh dan Andi Mallarangeng termasuk menjadi bintang iklan PD: Katakan Tidak pada Korupsi. Bintang iklan lainnya adalah Anas Urbaningrum, yang kini menjadi Ketua Umum DPP PD, dan tentu saja sang patron PD: SBY.
Saya awalnya tidak menyangka Andi Mallarangeng akan dijadikan tersangka, karena bagaimana pun dia Ayam Jantan dari Timur alias orang Makassar. Namun saya salut juga Ayam Jantan dari Timur itu mengundurkan diri dari jabatan Menpora dan Sekretaris Dewan Pembina DPP PD dengan alasan agar tidak menjadi beban sang patron: SBY dan DPP PD.
Namun persoalannya saya tidak membayangkan akan berhenti sampai di situ saja. Nyanyian Muhammad Nazaruddin yang kelahiran Simalungun, Sumatera Utara terus berdendang, lebih kenceng lagi menyebut Anas Urbaningrum. Â Sepertinya Nazar tak rela hanya Andi yang terseret. Meskipun ada kesantunan dalam diri Andi Mallarangeng, tetapi bisa saja Sang Jago akan nlabung, bisa nlabung yang besar, bisa pula yang kecil. Kita tunggu saja episode berikutnya.
Adu Kuat Trio Jawa
Maka babak selanjutnya sangat menarik untuk diikuti. Sebagaimana tulisan saya Adu Kuat, AM, AU, dan SBY, AM yang bukan orang Jawa sudah "mengalah", sementara AU yang orang Jawa belum "mengalah". Bagaimana pun SBY bisa saja disangkutpautkan apalagi dengan menyentil ketakwajaran Pemilu 2009 serta yang paling berbahaya adalah kartu truf kasus Bank Century yang menyebut-nyebut sang mahapatih Boediono terlibat.
Dengan demikian siapakah yang akan menjadi korban atau dikorbankan selanjutnya? AU, Boediono, atau SBY? Meskipun Boediono bukan kader PD, tetapi kemauannya bersanding dengan Mr President tentu telunjuk mengarah pada kesetujuannya dengan PD.
Ada ungkapan yang menjadi kepercayan orang atau masyarakat Jawa, bahwa orang Jawa kalahnya hanya oleh orang Jawa. Apakah seperti ini skenarionya? Ndilalahnya pula, mereka bertiga: AU, Boediono, dan SBY merupakan orang-orang kelahiran Jawa Timur, tempat dimana kerajaan-kerajaan Nusantara berdiri dan berkembang bahkan Majapahit sebagai kerajaaan Nusantara terbesar yang pernah ada berada di Jawa Timur. Bahkan disebut-sebut Yudhoyono yang kelahiran Pacitan, Jawa Timur merupakan trah Majapahit. Entahlah dengan Anas Urbaningrum dan Boediono yang kelahiran Blitar.
Ada beberapa othak-athik-gathuk "simulasi" skenario Adu Kuat Trio Jawa ini:
1) Bila skenarionya adalah Boediono "melawan" sebagaimana Anas "melawan" Yudhoyono, maka jangan-jangan Yudhoyono yang terjungkal. Apalagi kursi Yudhoyono sudah tamat pada 2014. Dalam beberapa hal Yudhoyono tidak memiliki ketegasan. Namun kemungkinan ini sangat kecil. Karena bagaimana pun itu bisa jadi kualat bagi Demokrat.
2) Bisa saja skenarionya adalah Boediono yang dikorbankan, mengingat Boediono memiliki sikap yang kalem, pendiam, dan terkesan mudah menurut. Boediono dalam banyak hal tersebut sangat khas orang Jawa. Namun mengingat ia menjadi salah satu pahlawan pertumbuhan ekonomi Indonesia bersama Sri Mulyani yang moncer ketika negara lain memble, maka dunia internasional, terutama Barat akan mungkin membelanya. Namun pada beberapa kasus pula justru tokoh ini rentan dijadikan tumbal, seiring dengan kerentaan usianya, oleh Barat sebagaimana yang terjadi pada pimpinan-pimpinan negara berkembang lain sebagaimana dituturkan oleh John Perkins dalam Economic Hitman.
3) Bisa saja skenarionya adalah AU yang dikorbankan, mengingat dialah yang termuda, dan naiknya ke kursi Ketua Umum pun sebenarnya sekonyong-konyong mengingat dia bukanlah anak emas SBY, justru AM-lah yang anak emas SBY. Melawan tetua juga tabu dalam keyakinan masyarakat Jawa. Namun entahlah apa yang dalam benak AU yang sudah bersumpah Gantung di Monas. Sumpah AU inilah yang menimbulkan keserbasalahan. Bila AU yang jadi bintang iklan Katakan pada Korupsi! dijadikan tersangka maka koleganya akan membela sekaligus bisa saja justru rela ikut-ikutan dijebloskan bersama-sama sang Ketum. Bila AU tidak dijadikan tersangka, maka PD babak belur apalagi mendekati 2014 tentu bila terus diulur-ulur tanpa kejelasan siapa yang bersalah siapa yang tidak bersalah maka PD kiamatlah sudah.