Lantas Huo pulang ke padepokannya, tak lama kemudian muridnya yang dahulu dianiaya oleh murid sang jagoan datang mengakui bahwa dialah yang mengganggu istri sang jagoan sehingga murid sang jagoan menghajarnya.
Kejadian dan fakta tersebutlah yang sangat membingungkan Huo. Tak kuasa menahan beban berat tersebut, Huo jatuh sakit ingatan, seperti orang gila. Dalam sakitnya itu, Huo berjalan tanpa arah tujuan yang jelas dan akhirnya menceburkan diri ke sungai besar hingga berhari-hari, akhirnya terdampar di sebuah desa nan asri yang ditemukan oleh sebuah keluarga petani setempat.
Dengan telaten keluarga petani yang mempunyai seorang putri buta tersebut mengobati Huo. Beberapa hari kemudian, Huo sembuh, meskipun belum sadar sepenuhnya. Huo pun bermain-main bersama anak-anak desa. Pada musim tanam, Huo ikut menanam benih padi di sawah milik keluarga petani itu. Saking cepat gerakannya sekaligus tidak memahami cara menanam yang benar, penanaman benih padi (tandur, Jawa) itu tidak beraturan sehingga ditanam ulang oleh putri keluarga petani. Hari berganti bulan, akhirnya padi pun menguning dan dipanen. Huo mulai sadar bahwa dia bukanlah anggota keluarga petani dan bukan warga desa itu.
Pada suatu waktu, Huo mengutarakan keinginannya untuk pulang ke kampung halamannya yang sudah berbulan-bulan ditinggalkannya. Keluarga petani dan sang putri pun merelakan Huo pulang kampung dengan harapan suatu saat dapat bersua kembali.
Setelah berjalan beratus kilometer, sampai juga Huo ke kampung halamannya dan langsung menuju padepokan persilatannya yang sudah lama tidak terurus karena ketidaktahuan Pak Tua disebabkan menghilangnya Huo. Setelah berbenah, Huo mendatangi seperguruannya sekaligus sahabat akrabnya yang sudah sukses menjadi pengusaha hotel dan wisma penginapan. Huo pun mengutarakan kembali niat yang sudah disampaikan kepada sahabatnya, yakni keinginan untuk mendirikan padepokan atau perguruan bela diri yang lebih besar dari pada yang sudah dimilikinya sekaligus dikelola secara profesional dengan tujuan agar memajukan bangsa China sehingga tidak dipinggirkan oleh bangsa lain, terutama Jepang yang waktu itu sedang menjajah China.
Kali ini keinginan Huo didukung sepenuhnya oleh sahabatnya tersebut. Padepokan pun berdiri dengan cukup megah. Seiring berjalannya waktu, padepokannya semakin tenar sehingga pemuda-pemuda berdatangan untuk menjadi muridnya.
Pada suatu waktu, Huo mengikuti sayembara bela diri yang diselenggarakan oleh pengusaha Jepang. Jumlah peserta  berjibun dari berbagai daerah di China, bahkan sampai ke mancanegara. Babak demi babak Huo memenangi pertandingan sehingga sampailah pada babak final yang mempertemukannya dengan pesilat Jepang.
Cerita selanjutnya, tontonlah film "Fearless", based on from true story dengan bintang Jet Li.
* Saya memang mengagumi Fearless dan Jet Li.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H