Mohon tunggu...
Banyu Wijaya
Banyu Wijaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

#nusantaraindonesiatrulyuniversa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fearless: Huo Yuan Jia dan Jet Li

12 November 2012   09:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:34 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film berjudul "Fearless" menceritakan seorang lelaki bernama Huo Yuan Jia yang sangat pemberani. Maka tepat sekali pemilihan judul "Fearless", yang berarti "Antitakut atau Tanpa Takut atau Tidak Takut".

Film ini diawali dengan aktivitas Huo kecil yang berlatih silat tanpa sepengetahuan Ayah-Ibundanya karena Huo menderita sakit yang tidak memungkinkannya untuk berlatih silat. Huo berlatih silat ditemani sahabatnya. Ayahnya merupakan pemilik padepokan persilatan di sebuah kota kecil dengan ratusan murid. Larangan berlatih silat bersama murid-murid padepokan membuat Huo mencuri-curi kesempatan untuk menonton latihan silat yang dilakukan Ayahanda dan murid-muridnya.

Pada suatu kesempatan diselenggarakan lomba atau kompetisi bela diri di kota tersebut. Ayahanda Huo ikut serta bersama puluhan pesilat yang lain. Sebagaimana anak-anak yang lain, Huo dan sahabatnya pun ikut menonton laga tersebut. Pada saat berlaga dengan lawannya yang cukup tenar di kota tersebut, Ayahanda Huo mengetahui jika Huo menontonnya. Saat itu keadaan lawan sudah terdesak, tetapi Ayahanda Huo tidak ingin memberikan pelajaran yang buruk kepada buah hatinya tersebut, maka Ayahanda Huo urung untuk melancarkan jurus mautnya. Apa yang terjadi kemudian? Ayahanda Huo terjatuh terkena pukulan lawan. Dengan demikian, Ayahanda Huo dinyatakan kalah.

Huo yang menganggap Ayahanda adalah orang yang hebat merasa jengkel sekaligus bertanya-tanya ada apa gerangan dengan Ayahandanya yang memilih kalah dari lawannya yang sudah terdesak? Huo belum paham dengan apa yang dilakukan Ayahandanya. Kekalahan Ayahandanya tersebut menimbulkan ejekan dan olok-olok dari lawan bermainnya, anak dari si pemenang. Ejekan dari kawannya tersebut diladeni oleh Huo dengan mengajaknya bertarung di panggung sebagaimana Ayahanda mereka bertarung. Padahal sahabatnya sudah melerai Huo agar tidak mengajaknya berkelahi karena sahabatnya mengerti betul kalau Huo tidak mahir bela diri. Dalam laga tersebut Huo tersungkur dan kalah, maka Huo semakin diejek dan dihina oleh lawan-lawannya itu.

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Huo tumbuh menjadi anak lelaki dewasa. Seiring bertambah umurnya, tumbuh pula kemahirannya bersilat dan akhirnya berkeluarga.

Terinspirasi oleh kehabatan Ayahandanya, Huo menantang semua jagoan di kotanya untuk melawannya. Satu per satu jagoan dikalahkannya, termasuk sang lawan yang dahulu mengalahkannya. Huo pantas menjadi jagoan di kotanya. Ketenarannya tersebut mengundang pemuda-pemuda untuk berguru kepadanya. Namun ternyata masih ada satu jagoan lagi, tetapi Huo belum ada alasan dan waktu yang tepat untuk menantangnya berduel. Sahabatnya  yang menjadi pengusaha hotel dan wisma penginapan sudah mengingatkan Huo agar tidak asal menerima murid sekaligus menghentikan nafsu petarungnya karena biaya yang harus dikeluarkan untuk dua hal tersebut sangat mahal, banyak sudah hutang Huo kepada sahabatnya itu. Hingga saatnya tiba, seorang muridnya datang mengaku dianiaya oleh murid sang jagoan. Darah petarung Huo menggelegak sekaligus tidak ingin dia dipermalukan dengan cara seperti itu.

Ketika sang jagoan sedang merayakan ulang tahunnya bersama keluarga dan murid-muridnya  di sebuah hotel milik sahabatnya, tiba-tiba Huo beserta murid-murid terpilihnya mendatangi pesta tersebut sekaligus menantangnya berduel. Sahabatnya sudah melerai Huo agar tidak berduel. Sang jagoan pun tidak dapat mengelaknya karena tidak ingin malu di hadapan murid-muridnya. Akhirnya mereka berduel di dalam hotel tersebut. Masing-masing murid berjaga-jaga di luar hotel menunggu siapa pemenangnya.

Pada awal pertarungan keduanya imbang, tetapi semakin lama sang jagoan semakin terdesak. Akhirnya Huo pun menjadi pemenangnya dengan terbunuhnya sang jagoan. Sorak-sorai murid-muridnya membahana ke seantero kota. Sahabatnya hanya dapat mengelus dada. Pasalnya, hotelnya porak poranda karena duel tersebut.

Huo Yuan Jia is no. 1.

Huo menjadi buah bibir di seantero China. Masyarakat pun berbondong-bondong ingin menjadi muridnya. Huo tidak dapat menolaknya. Keuangan padepokan semakin terkuras. Hutangnya kepada sahabatnya semakin menggunung. Huo berjanji akan melunasinya sekaligus mengajaknya untuk mendirikan padepokan persilatan terkemuka untuk meningkatkan harkat martabat bangsa China. Namun sahabatnya sudah patah harapan akan kesungguhan Huo sehingga sahabatnya sudah tidak mempercayainya.

Seiring kesibukannya bertarung dan mengurus padepokan, keluarga pun terbengkalai. Itulah yang membuat Huo lengah sehingga putrinya dibunuh oleh anak sang jagoan yang merasa sangat marah dan dendam atas kematian ayahnya. Tak kuasa menanggung ketakutannya kepada Huo, anak tersebut bunuh diri sebelum Huo mengajaknya berduel. Dengan perasaan sedih yang mendalam atas kematian putrinya, Huo mendatangi rumah sang jagoan. Pada saat itu yang ada hanyalah istri dan anak sang jagoan yang sedang bersimpuh di hadapan jasad sang jagoan. Huo tak kuasa untuk membunuh anak dan ibu tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun