Mohon tunggu...
Banyu Wijaya
Banyu Wijaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

#nusantaraindonesiatrulyuniversa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kuya-kuyalah Lawanmu, Maka Kalahlah Kamu

25 September 2012   07:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:45 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada beberapa contoh judul di atas sungguh-sungguh terjadi (SST).

1) PDI-P menang pada Pemilihan Umum 1999 karena dikuya-kuya oleh Orde Baru.

Kemenangan PDI-P tidak lantas mengantarkan Ketua Umum dan jagoannya Megawati Soekarnoputri ke kursi RI-1 . Bu Mega harus jadi wakil Gus Dur dulu baru kemudian merasakan empuknya kursi presiden sejak tahun 2001 hingga 2004.

2) Susilo Bambang Yudhoyono menang pada Pilpres 2004 karena dikuya-kuya oleh Megawati Soekarnoputri.

SBY menjabat Mentamben dan kemudian Menkopolkam pada kabinet Megawati SP. Namun justru SBY berhasil mengalahkan atasannya itu pada Pilpres 2004. Bahkan kali keduanya pun, yakni pada Pilpres 2009, Pak SBY mengalahkan Bu Mega.

3) Jokowi-Basuki menang pada Pilgub DKI Jakarta Putaran II kemarin karena dikuya-kuya sama Foke-Nara dan pendukungnya.

Jokowi-Basuki yang "hanya kelas ringan" memimpin di level kotamadya dan kabupaten berhasil mengalahkan Foke yang "kelas berat" memimpin di level provinsi, ibukota negara lagi.

Itulah contoh kemanjuran judul di atas. Makanya jangan coba-coba melakukan aksi kuya-kuya. Sebabnya, rakyat Indonesia pada umumnya lebih respek kepada calon pemimpin yang dikuya-kuya, tetapi memiliki kerendahan hati, merakyat, dan berprestasi, dan sebaliknya tidak respek kepada calon pemimpin yang melakukan aksi kuya-kuya.

Silahkan Kompasioner dan Pembaca menilai sendiri apakah kedua tokoh ini masuk kategori dikuya-kuya?

Mantan Meteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati. Setelah dikuya-kuya di negara sendiri, justru ia diangkat jadi Managing Director Bank Dunia. Kemudian pengusaha sekaligus Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie yang dikuya-kuya dalam Kasus Lumpur Lapindo, tetapi justru jadi calon presiden dari Golkar pada Pilpres 2014 mendatang.

Adakah contoh yang lain?

+++

Dari sudut bahasa, (di) kuya-kuya merupakan istilah bahasa Jawa yang berarti disepelekan atau dimarginalkan atau jadi bahan ejekan atau bahan olok-olok yang justru memunculkan rasa simpati dari orang lain, karena orang yang dikuya-kuya itu tidak membalas menguya-uya atau mengolok-olok si penguya atau si pengolok.

+-+- Intermezzo: kalau mau belajar sulap atau hipnotis boleh lah belajar sama Uya Kuya, hehe...

Berikutnya, insya Allah, akan saya posting perihal sopan-santun calon pemimpin menentukan kemenangan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun