PKS sebelumnya "lebih condong" pada Hanafi-Tri, tetapi mungkin saja ada beberapa tidak kesesuaian kemudian mengajukan calon Zuhrif-Riza. Bila PKS  "tetap" di Hanafi-Tri maka kans Hanafi-Tri menang sangat besar. Kejadian "berulang" ketika Hidayat-Didik diajukan oleh PKS pada PIlgub DKI 2012. Walaupun setelah kalah kemudian bergabung dengan Golkoal sebagaimana perilakunya di level pusat.
Yang agak aneh tentu Gerindra, pada Pilwako Jogja 2011 Gerindra bergabung dengan PD, sedangkan pada Pilgub DKI 2012 Gerindra bergabung dengan PDIP. Namun demikian tentu Gerindra memiliki perhitungan-perhitungan sendiri sehingga melakukan hal itu.
Semuanya tentu wajar-wajar saja dalam politik. Pasalnya dalam politik ada adagium: tidak ada musuh atau kawan abadi, yang ada kepentingan abadi.
Kembali ke Pilgub DKI Jakarta Ronde II, siapakah pemenangnya? Kita saksikan pada 20 September 2012.
Kemenangan Jokowi pada Pilgub DKI kali ini, diprediksi atau digadang-gadang akan terus memuluskan jalannya ke RI-1 kelak atau minimal menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto. Tentu hal inilah yang "ditakutkan" sebagian kalangan Muslim karena dengan demikian Ahok akan tampil sebagai Gubernur DKI Jakarta. Namun bila Jokowi kalah, maka Jokowi akan meneruskan tugasnya sebagai Walikota Solo sembari mencari peluang maju pada Pilgub Jawa Tengah 2013. Walaupun masyarakat pada umumnya enggan memilih sang pekalah.
Entahlah... biarlah waktu yang membuktikan. Wallohu a'lam.....
Salam Indonesia Kita!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H