Mohon tunggu...
Banyu Wijaya
Banyu Wijaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

#nusantaraindonesiatrulyuniversa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aisyah Sang Diva

21 Juli 2012   02:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:45 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tanpa basa basi, aku pun memeluk tubuh Kakak. Cukup lama. 27 menit sudah berlalu. “Ada apa, Aisyah? Kok pelukan segala ama orang gembel kayak gini, "hardik Kak Gito tak tahu menahu duduk perkaranya sambil meraih tanganku lantas menariknya lepas dari tubuh Kakak.

“Apa apa an sih, Kak Gito! Dia itu Kakakku, yang dulu jualan bakso di deket Gelanggang itu,“ kataku agak keras menjelaskan pada Kak Gito.
“O…Kakakmu itu to? Kaka Gito melongo tak percaya. “Tapi 15 menit lagi giliran Kamu naik ke panggung lagi, ayo cepet dong!“ Kakak hanya terbengong ketika aku kembali mendekati dirinya seraya mengulurkan sebuah tas kecil berwana hijau. Lantas aku mengikuti langkah Kak Gito menuju mobil APV warna ungu. Kakak lagi-lagi melongo melihat aku dan Kak Gito berlalu meninggalkan gubuk miliknya.
Cukup lama Kakak mengamati dan membolak-balik tas pemberianku. 18 menit sudah berlalu. Kali ini pandangannya mengarah pada pesawat TV-nya. Ya…lagi-lagi Kakak melihatku menyanyi dengan sangat merdunya. Kali ini Kakak bergantian memandangi tas hijau dan TV-nya.
10 menit sudah berlalu. Sore itu jarum jam menunjukkan pukul 6. Kumandang adzan terdengar cukup lantang dari Mushola At Taqwa. Kakak butuh 3 menit untuk berjalan menuju masjid itu. Namun Kakak membolak-balik tas itu lagi. Suara iqomah terdengar dari masjid itu lagi pertanda sholat maghrib akan segera dimulai. Akhirnya Kakak bergegas juga ke masjid, tak lupa dibawanya tas pemberian Aisyah itu.
“Assalaamu ‘alaikum warohmatullohi wabarakatuh,“ salam Kakak yang kemudian dijawab oleh seluruh jamaah petang itu. “Alhamdulillah, kita dapat mengkaji lagi kitab Riyadush Shalihin pada petang kali ini. Tapi sebelumnya, saya ada sedikit pengumuman dengan adanya tas pemberian dari seorang penyanyi perempuan yang baru saja manggung di Stadion Soesilo Soedarman. Namanya Aisyah, dia mengaku adik saya, dia mengaku dulu sering bersama saya ketika saya masih jadi bakul bakso di UGM.

Terus terang saya sudah tidak ingat lagi masa-masa itu. Meskipun tas ini diberikan kepada saya, namun saya ingin Saudara-saudara sekalian menjadi saksi isi daripada tas hijau ini,“ ujar Kakak panjang lebar. Dengan ucapan basmalah, pelan-pelan Kakak membuka tas hijau itu. “ Allahu Akbar, ternyata isinya uang. Mari kita hitung bersama, bukan begitu Saudara-saudara?“ ajak Kakak. “Mari….” seru jamaah.

18 April 2008

“Alhamdulillah, mulai hari ini Play Group Aisyah resmi dibuka. Taman Bermain ini khusus untuk anak-anak dari keluarga tidak mampu. Jaza kumulloh…” demikian Kakak membuka sambutan peresmian Play Group sumbangan dariku itu.
Aisyah, dimana kah kau berada kini? Budi baikmu kan dikenang Putra putri Indonesia selamanya Pasti itu…
Selarik puisi tak berjudul mengingatkan Kakak pada sosok Aisyah.

18 Agustus 2008

Aku menghabiskan liburan kali ini di kediamannya di kawasan wisata Baturraden. Sejak jadi diva tenar, aku memiliki satu rumah di Baturraden, dua pesantren di Kroya dan Jogja. Satu lagi Taman Pustaka di Kompleks Bulaksumur, UGM.
“Bu, Ibu…ada tamu yang mau ketemu Ibu,“ teriak anakku. Dia bernama Amar, 5 tahun. Sudah dua tahun ini, Amar tak punya ayah lagi.
“Dipersilakan masuk aja, ya Amar sayang,“ jawabku.
Setelah merapikan pakaian, aku bergegas ke ruang tamu.


“Ya Allah, Kakak. Kok kamu tahu sih aku di sini,“ tanyaku sedikit kaget dengan kemunculan Kakak di rumahnya.
“ Aku pun tak menyangka bisa ketemu dengan Kamu, Aisyah. Memang jika Allah berkehendak, tak seorang pun bisa menolaknya,“ ucap Kakak.

20 September 2018

“O…jadi ini sekolahan ini dari duit yang aku kasih padamu dulu itu. Aku enggak nyangka dibuat Play Group. Pakai namaku lagi. Padahal tas itu untukmu, Kak,“ ucapku sambil berkeliling Play Group yang menempati kompleks GOR Satria Purwokerto. Kakak hanya bisa tersenyum bangga.

* Nama, tempat, dan hal-hal yang sama adalah hanya untuk setting dan fiksi semata, meskipun beberapa nama benar-benar ada, seperti Gelanggang Mahasiswa UGM, GOR Satria, dan Museum Soesilo Soedarman.

* Penjual bakso di sekitar Gelanggang Mahasiswa UGM sudah tidak ada lagi. Kini mereka berjualan di Food Court di barat Gelanggang Mahasiswa UGM (belakang BNI UGM).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun