Mohon tunggu...
Haji Dwi Sugiarto
Haji Dwi Sugiarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bergerak Berjuang Ber-Demokrasi

Tiyang Jawi nembe Sinau lan Nyinauni Jawi supados Njawani. Rawe-rawe rantas malang-malang putung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Tulus

14 Agustus 2020   13:14 Diperbarui: 14 Agustus 2020   13:23 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

" Eyang Sepuh, apa yang sebaiknya kita lakukan saat ini? " ... tanya si Daya kepada Eyangnya, setelah lama duduk bersama berdua di tengah malam yang syahdu di atas bebatuan yang tidak tertimbun bahan atau material yang terbawa banjir bandang beberapa waktu yang lalu. 

Banjir bandang yang menerjang lembah ngarai yang pertama kalinya selama hampir tiga generasi masyarakat yang tinggal sejak awal di lembah ngarai tersebut. Si Daya yang merupakan satu-satunya cicit Eyang Sepuh yang masih hidup setelah bencana banjir bandang berlalu. Di masa-masa sebelum datangnya banjir bandang kehidupan masyarakat yang penuh kedamaian, kecukupan karena hasil bumi dan peternakan yang memadai bahkan kadang berlebih.

Rasa duka yang mendalam di hati kedua orang tersebut akibat terjadinya banjir bandang yang meluluh lantakkan kehidupan dan harapan masa depan yang lebih baik. Memang masih ada beberapa orang dari beberapa keluarga yang terselamatkan dari bencana alam yang gegirisi tersebut. Lembah ngarai yang berada di lingkungan masih sangat natural berada di hutan belantara yang asri. 

"Daya, kita kumpulkan saudara-saudara kita penduduk ngarai ini semua yang masih ada" ... jawaban Eyang Sepuh kepada cicit satu-satunya yang masih hidup, sebagai harapan penerus generasinya di masa mendatang. Meskipun hatinya terasa sedih tiada tara, namun tetap menampakkan ketenangan dalam menerima kejadian yang telah menimpa  diri dan lingkungannya.

Nampak tetap ada semangat menyongsosng masa depan yang lebih baik dan berbahagia selalu. Menerima takdir untuk menjemput takdir masa depan yang lebih bahagia dan mulia. Bismillah.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun