Rindu pulang kampung, terasa dalam hati ini teriris - iris dengan tunda dulu mudik ke kampung halaman saat akhir ramadan sampai ujung, dengan haraya Idul Fitri 1441 H ini.Â
Sebagai pengobat rindu di hati, bersamaan dengan mempersiapkan Sholat Idul Fitri 1441 H di rumah bersama keluarga tersayang. Ada beberapa dokumen dan cerita kisah untuk ramadan yang indah pada saat-saat menjelang dan pada saat sholat Idul Fitri.
Sebagai perantau yang pulang kampung pada saat-saat penting saat atau liburan pada hari besar Idul Fitri dan akhir tahun, bersama anak-anak silaturahim ke saudara tua. Selain mencari hiburan sebagi refreshing juga melatih anak untu berani berbuat kebaikan dimanapun.
Kebiasaan kami sekeluarga mencari shaf atau jajaran sholat di depan jika mungkin terdepan, dekat dengan pembaca talbiyyah, takbir sebagai pijian kepada Allah SWT.
" Mas Ocha, duduk sini.! " ajakan Pakde Priyo, saat shlota Idul Fitri 1439 H, di lapangan eks jemuran padi, yang mana mesin penggiling padinya sudah tutup tidak beroperasi karena produksi padi di daerah tersebut surut, akibat perkembangan lahan jadi perumahan atau untuk pembembangan ekonomi masyarakat melalui industri. Berarti karena sudah tidak mampu menggaji apalagi memberi thr pada karyawannya lebih baik tutup.Â
" Iya Pakde ", jawaban Mas Ocha singkat padat, mendekati pakde Priyo, yang sangat mengenal orang per orang di Penaruban, memang tempat kelahirannya. Nenek moyangnya asli daerah tersebut, hal ini bisa diukur hampir semua orang tua disana masih kerabat atau keluarga besarnya. Pakde Priyo telah merantau ke DKI Jakarta sudah puluhan tahun sejak lulus sekolah menengah atas, bekerja di PT Panasonic Manufacturing Indonesia berkeluarga dengan mempunyai anak dua orang, setelah pensiun kembali ke rumah dimana beliau dibesarkan.
Kami adalah keluarga besar yang bekerja di perusahaan yang sama, kami  selalu menerima thr ramadan setiap tahunnya. Bersama menyewa mobil untuk pulang kampung. Pada saat ini kami sekeluarga harus tunda dulu mudik, untuk menyukseskan pemutusan penyebaran pandemi virus covid19.
"Mas Ocha, ini mic dipakai, kumandangkan bacaan takbir" kata Pakde Priyo, sebagai latihan untuk tampil di depan umum.Â
Tanpa basa-basui lagi Mas Ocha menerima mic tersebut, dengan memperhatikan tuntunan yang dikumandang panitia Idul Fitri, Mas Ocha melantunkan takbir dan talbiyyah Sholat Idul Fitri di lapangan Merden Penaruban Purbalingga. Dengan senang hati dia belajar didepan umum.
Sungguh lingkungan kita itu bisa memberikan bekal positif untuk kehidupan masa depan yang lebih baik.
Gandaria, 22 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H