Hamburg merupakan pelabuhan tempat berlabuh kapal kapal besar alias raksasa, mulai dari kapal kontainer sampai kapal pesiar raksasa Queen Mary 2 dan banyak lagi... lucunya pelabuhan Hamburg terletak di tepi sungai Elbe, bukan di tepi pantai.
Tentu saja sungai Elbe harus di gali lebih dalam agar supaya kapal kapal raksasa itu bisa lewat. Dan dasar sungai Elbe rutin dikeruk supaya tidak menjadi dangkal.
Selain merupakan pelabuhan, di Hamburg ada pabrik pembuatan kapal - kapal raksasa. Kalau yang kapal kecil kayaknya mereka ga terima pesanan.. terlalu imut sih untuk kota Hamburg. Untuk membuat kapal kapal raksasa tentu saja membutuhkan Dock...yang raksasa pula, harus lebih besar dari kapal yang diproduksi.
Karena ada Dock, biasanya kapal kapal lama juga rajin diperbaiki di Dock di Hamburg, kayak mobil setiap saat tertentu harus di bawa ke bengkel untuk maintenance (ganti oli dsbnya).
Ada pelabuhan untuk memproduksi dan memperbaiki kapal atau disebut Dock kering (Trockendock), disini ada beberapa Dock berbentuk U, bagian bawah Dock bisa diturunkan sampai beberapa meter. Jadi kalau ada kapal yang mau di perbaiki atau ganti cat, bagian bawah Dock tersebut turun sampai dibawah batas badan kapal yang berada dalam air, kemudian masuk deh kapal yang mau diperbaiki kedalam Dock, setelah itu bagian bawah Dock naik lagi mengangkat kapal tersebut, sampai ketinggian diatas permukaan air, jadi kapalnya kering dan bisa dimulai perbaikan dan mencat ulang. Mencat ulang kapal adalah pekerjaan rutin, agar mencegah kapal jadi karatan dan bocor.
Ada pelabuhan normal untuk berlabuh. Karena sungai Elbe, seperti juga sungai sungai lain di eropa, dipakai untuk transportasi selain jalan raya dan udara.
Tambahan di kota Hamburg, diantara pelabuhan-pelabuhan kontainer dan Dock (nyempil) dibangun gedung theater yang bertemakan musik theater.
Kemarin itu aku pergi berkunjung ke Hamburg untuk nonton pertunjukan theater musik Disney.. Simba si raja Singa. Atau The Lion King atau Der König der Löwen. Disamping bangunan Theater Der König der Löwen ada gedung theater yang lain, pada saat aku nonton theater musik, ada pertunjukan Das Wunder von Bern di gedung sebelah. Kata guide di kapal cruise yang aku ikuti, pertunjukkan tersebut tidak banyak yang nonton, jadi itu kali terakhir pertunjukan Das Wunder von Bern. Kebalikannya pertunjukkan Der König der Löwen banyak penggemar, walaupun di buat tiap hari dua kali, dan ini sudah tahun ke 15 pertunjukkan tersebut.
Untuk mencapai kegedung pertunjukkan theater, kami para penonton harus naik kapal nyebrang. Kalau liat peta sih ada jalan mobil kesana, tetapi kami tetap disuruh naik kapal shuttle yang karcisnya sudah termasuk dalam tiket pertunjukkan.
Aku jadi ingat waktu jalan jalan ke Venesia, kami turis harus naik perahu nyebrang ke pulau Venesia, walaupun ada jembatan yang menghubungkan dengan daratan, jadi bisa naik tram sebenarnya, tetapi guide aku dulu bilang, kita turis disuruh naik perahu nyebrang, abis enak sih.. goyang goyang..gitu.
Pertunjukkan musik theater sangat bagus, panggungnya bisa berganti ganti dalam itungan detik, ada yang bisa naik secara spiral, ada yang bisa turun, kemudian pemain theaternya hilang ditelan panggung, pokok ada hidroliknya (ada mesinnya). Waktu kemarin aku nonton, pas matahari - matahariannya yang atas panggung diangkat naik, ada bagian dari matahari tsb yang ketekuk (terlipat).. hi..hi..hi.. tapi ga kelihatan mencolok.
Banyak penonton yang membawa anak anak kecil. jadi waktu istirahat selama 25 menit, anak anak tersebut diskusi keras keras disamping aku.... eh bapaknya Simba sudah mati kan.. dsbnya.. hi..hi..hi.. dasar anak anak.
Udo Lindenberg seorang rocker Jerman, membuat musik untuk theater Hinten den Horizont. Sekilas cerita tentang Udo Lindenberg, Udo mempunyai nenek buyut wanita Indonesia yang datang ke Belanda sebagai budak perempuan (pengakuan Udo loh). Udo Lindenberg tidak seperti kebanyakan selebritis yang mempunyai rumah, Udo tinggal di sebuah hotel di Hamburg (Hotel Atlantic-Kempinsky), alasannya tempat tidur tiap hari di rapihkan, kamar selalu di bersihkan. Ide yang briliant.
Setelah selesai pertunjukkan selama 2 jam 25 menit. diluar sudah gelap gulita. Aku mulai kelaparan, karena ada restoran didalam gedung theater, aku mau makan malam disana. Ternyata sudah penuh, karena banyak yang booking sebelumnya, aku disuruh tunggu satu jam kalau mau makan direstoran itu (karena tidak booking), tapi aku tidak mau, eh ada sepasang orang jerman tua juga tidak booking dikasih meja, katanya karena dua orang, oh.. nasib ku yang sial nonton sendirian... akhirnya aku pulang cepat cepat, pakai kelaparan dan kedinginan, pertama naik kapal nyebrang, abis itu naik kereta ke lokasi hotelku di tengah kota. Sampai di hotel untung restoran di hotel masih dibuka, aku makan malam di hotel, ternyata makanan di hotel enak dan murah.
Keesokan harinya, aku kembali ke pelabuhan, untuk ikut cruise, karena aku punya kartu turis, aku dapat potongan  25%. Cruise nya berlangsung selama satu jam saja. Kami diajak ke pelabuhan kontainer, disana ada beberapa kapal yang sedang bersandar untuk di bongkar dan dimuat kapalnya dengan kran kontainer. Tiba tiba kami penumpang disuruh keluar oleh guide nya, katanya walaupun cuaca buruk, sedikit ujan, sedikit berkabut, kami disuruh berfoto sejenak didepan kapal kontainer raksasa, kapal kontainer terbesar didunia.
Alamak... jan.. aku hampir terjatuh.. karena terkejut..besar kali... Untuk membongkar dan memuat kontainer kedalam kapal raksasa itu dibantu oleh enam kran kontainer... Aku pikir kapal yang warna merah yang dimaksudkan besar, yang juga bersandar disampingnya. Ternyata yang berwarna biru.
Cuaca pelabuhan Hamburg katanya selalu jelek, pada saat aku disana, justru dibilang bagus. Kadang katanya begitu berkabut, jarak pandang mata hanya satu meter. Tetapi kapal kapal tetap saja lalu lalang seperti biasa, mereka pakai radar sebagai alat navigasi untuk melihat sekelilingnya. Â Juga tentu saja pakai mercu suar (Light house).
Pingin tau cara kerja lampu mercu suar? waktu aku berkunjung ke Swiss, aku ikut cruise di danau disana, aku dibolehkan pegang setir kapal cruise. Aku diajarkan cara kerja lampu mercu suar, kita liat cahaya lampu mercu suar, kalau kita tidak bisa melihat cahaya, berarti kapal kita terlalu kepinggir jadi harus kita setir ketengah sampai melihat cahaya lampu mercu suar, gitu yang sederhananya. Yang rumitnya aku tidak tau.. he..he..he.
Aku juga melihat pelabuhan khusus kapal kapal tugboat, kapal tugboat kecil tapi kekar, kapal kapal ini menarik kapal kapal besar sampai yang berukuran raksasa, karena kapal kapal besar tersebut tidak boleh menyalakan mesin selama masuk dan keluar pelabuhan, selain mesin kapal itu terlalu besar sehingga membentuk ombak, juga kecepatan kapal tersebut tidak pas untuk ukuran pelabuhan dalam hal ini sungai.
Seperti pesawat terbang saja, kalau sudah masuk atau keluar bandara ada mobil mobil kecil yang bertugas menarik dan mendorong pesawat dari dan ke landasan (runway) nya.
Sumber: Pribadi