Mohon tunggu...
Banu Zahid
Banu Zahid Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pikiran adalah kekuatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Anak Nasional: Diantara Nyata dan Maya

23 Juli 2019   20:10 Diperbarui: 24 Juli 2019   00:51 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh miris di era kompetisi persaingan global tetapi masih banyak perilaku-perilaku atau tindakan yang justru menyebabkan hak anak-anak terancam. 

Fenomena semacam ini perlu diperhatikan bukan hanya kepada orang tua dalam menjaga dan melindungi anaknya, tetapi kaum muda yang terdidik agar selalu memberikan pengawasan ataupun edukasi agar anak-anak menjadi nyaman dalam aktivitasnya sehar-hari. Peran pemerintah dalam membuat suatu kebijakan perlu untuk mencegah hal-hal buruk atau kemanan untuk kehidupan anak-anak dalam konteks yang nyata.

Persoalan anak juga tidak terlepas dari kehidupannya nyatanya saja, kedua adalah dalam dunia maya. Artinya anak-anak kita juga terancam lewat media sosial baik itu berupa kekerasan seksual ataupun penipuan-penipuan yang lainnya yang berujung pada eksploitasi anak. 

Memang perkembangan teknologi tidak bisa kita bendung arusnya, alasan mengapa pemerintah mengeluarkan kebijakan full day school menurut hemat penulis salah satunya agar anak lebih banyak waktunya untuk bersosialiasi dengan sesamanya. 

Dibanding anak di rumah bermain media sosial itu sangat sulit pengawasannya baik oleh keluarga termasuk guru. Tetapi masih ada pro dan kontra mengenai kebijakan tersebut. Media sosial sangat dibutuhkan dalam aktivitas dewasa saat ini, bagi para pelaku bisnis, artis kalangan-kalangan yang mendapat keuntungan lewat media sosial. Tetapi alasan apapun penggunaan media sosial yang berlebih pada anak-anak dampaknya akan buruk.

Media sosial memberikan berbagai macam menu yang dapat dinikmati siapa saja termasuk anak-anak, menjadi buruk ketika anak menjadi candu dalam konten tertentu. 

Apakah itu konten pornografi, games, hiburan ataupun konten komunikasi lainnya. Karena pada dasarnya jika kita bicara soal kebutuhan, anak-anak tidaklah butuh dalam menggunakan media sosial yang bersifat publik seperti ig,fb dll. Karena bukan hanya menjadikan perilaku anak yang berubah tetapi kejahatan akan sangat mudah diterima anak-anak lewat jejaring sosial. 

Lagi-lagi kepedulian orang tua untuk memberikan pengawasan menjadi nilai utama dalam menjaga dan melindungi anak agar tidak berlebih menggunakan gawai untuk akses media sosial. 

Orang tua yang mengerti mereka akan tahu porsi yang sesuai atau yang paling tetap untuk seusia anaknya itu aktivitas yang seperti apa, apakah waktu senggang di isi untuk olahraga ataupun seni untuk melatih bakat anak.

Dua dunia itu ada diantara kehidupan anak-anak, peran berbagai pihak yang peduli dengan masa depan generasi menjadi nilai sebagai bentuk dedikasi sesama anak-anak bangsa. 

Membiarkan anak-anak hidup dalam kondisi tertekan tentu tidak baik, membiarkan anak-anak hidup dalam perilaku budaya luar juga tidak baik. Harus ada semacam konsesus bersama dalam menggembirakan dan menunaikan hak-hak anak secara baik dan benar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun