Tidak sedikit dari masyarakat yang kurang menyadari akan nilai ekonomis dari sampah. Sampah sering diabaikan begitu saja tanpa memilah terlebih dahulu mana sampah organik, anorganik, B3, maupun residu. Hal ini dikarenakan berbagai faktor alasan seperti kotor, sehingga masyarakat berpikiran untuk langsung membuangnya. Selanjutnya yaitu perilaku malas, karena untuk mendapatkan nilai ekonomis dari sampah, masyarakat dituntut untuk tekun memilah dan membersihkan sampah yang mana hal ini membutuhkan waktu.
Namun semua itu dapat diatasi apabila masyarakat membiasakan diri untuk melakukan pemilahan sampah tersebut. Kunci dari segala kunci adalah disiplin, apabila telah terbiasa dengan kegiatan ini, masyarakat tidak akan merasakan terbebani.
Nah, untuk sampah yang bernilai ekonomis ini ada berbagai macam yaitu
Sampah Dapur (Makanan Sisa, Kulit Buah, Buah Busuk dll)
Loh kok bisa bernilai ekonomis?
Sampah dapur ini apabila di olah dengan baik bisa bernialai ekonomis kok, seperti yang diterapkan di desa -- desa yaitu di jadikan pupuk. Beberapa desar memembuat pupuk secara langsung di timbun di tanah namun ada juga dengan menggunakan metode magot atau lalat hitam dan sebagainya.
Botol Plastik
Botol plastik yang sering kita temui, rata -- rata menggunakan bahan dasar plastik berjenis polyethy terephthalate (PET), yang dinilai paling aman selain itu juga ramah lingkungan serta bernilai ekonomis yang tinggi. Menurut Ketua ADUPI (Asosiasi Daur Ulang Plastik indonesia) yang saat ini dijabat oleh Cristine Halim mengatakan botol plastik jenis PET memang yang paling memungkinkan untuk di daur ulang. Botol PET ini juga dikatakan dapat didaur ulang hingga 50 kali sehingga menghemat bahan baku produksi.
Kardus, Kertas, Karton dan sejenisnya
Untuk jenis ini pasti masyarakat sudah tidak asing lagi, sampah anorganik yang berbahan dasarkan kayu ini sudah dikenal bernilai ekonomis yang tinggi dikarenakan sampah ini paling mudah untuk ditukarkan menjadi pundi -- pundi uang. Kardus dan karton dapat dijual di mana saja, di pengepul, di penjual barang bekas, atau di warung -- warung terdekat yang menerima. Kertas -- kertas bekas juga dapat ditukarkan dengan uang di beberapa penjual, apabila dari readers ada yang saat ini tinggal di desa, pasti tahu kalau kertas sering kali dijadikan bungkus tempe kedelai. Sehingga, untuk menjual kertas biasanya masyarakat menjualnya di pabrik -- pabrik tempe kedelai di sekitar. Â
Kaleng, Alumunium